Bagaimanakah Tuhan melatih Daud? Yang pertama adalah dengan membangkitkan kembali jiwa gembala Daud. Konsep raja yang identik dengan gembala adalah hal yang unik di dalam rencana Tuhan. Mengapa seorang raja haruslah juga seorang gembala? Karena raja Israel adalah bayangan dari Sang Raja sejati, yaitu Kristus, yang juga adalah Gembala bagi umat Tuhan. Di dalam Yehezkiel 34:23 dikatakan bahwa raja sejati adalah Daud (yaitu Sang Mesias, Anak Daud) yang akan menggembalakan umat Tuhan. Raja sejati bukanlah penguasa yang ditakuti karena kekuatan-Nya yang keras, tetapi dia haruslah seorang Gembala yang dikasihi domba-domba-Nya. Apakah Kristus tidak memiliki kekuatan yang menakutkan? Tentu saja Dia memilikinya. Tetapi kekuatan itu akan membuat gemetar para musuh-Nya, bukan para domba-Nya. Maka dalam ayat 2 dikatakan bahwa Tuhan menghimpunkan orang-orang yang sedang dikejar-kejar, orang-orang yang terluka oleh masyarakat, dan orang-orang yang dalam kesukaran-kesukaran lain. Daud tidak boleh mengasihani diri. Dia harus belajar mengasihani orang lain. Bahaya yang paling besar adalah kalau dia merasa bahwa dirinya adalah orang yang paling perlu dikasihani oleh orang lain. Semakin dia merasa perlu dikasihani orang lain , maka belas kasihannya bagi orang lain makin kecil dan akhirnya hilang sama sekali. “Sayalah yang paling harus dikasihani” adalah penyakit yang akan makin menjerumuskan seseorang ke dalam jurang self-centered life. Makin egois, makin berpusat pada diri, dan makin tidak peduli orang lain. Daud sedang kesulitan? Tuhan kirimkan yang lain yang lebih sulit dari dia untuk dikuatkan oleh dia. Sekarang Daud harus menggembalakan ratusan orang dengan sakit hati dan penderitaan yang menyebabkan mereka terkucilkan dari masyarakat mereka. Tuhan melatih dia untuk menjadi gembala jiwa manusia. Dia harus menjadi orang yang membalut dan menguatkan luka hati orang-orang yang tersingkir ini.
Ayat 1 juga mengatakan bahwa saudara-saudara Daud (termasuk ayah dan ibunya) juga berkumpul kepada dia. Semua orang yang ada dalam rumah tangga Isai sekarang tinggal bersama-sama dengan Daud. Tetapi Daud tidak ingin kedua orang tuanya tinggal bersama dia dalam pelarian. Mereka sudah berusia lanjut dan tidak lagi sanggup kalau harus tinggal di tempat-tempat yang sulit dalam pelarian. Berada dalam kesulitan tidak berarti boleh mengabaikan hukum Tuhan. Daud tahu kalau dia harus mencari tempat perlindungan bagi kedua orang tuanya. Dia menemukannya justru di tempat raja Moab. Kerajaan yang menjadi musuh Saul, tetapi merupakan kerajaan tempat nenek moyang Daud – Rut – berasal. Maka dia memohon kepada raja Moab untuk menampung kedua orang tuanya. Dalam ayat ke-3 juga Daud mengatakan bahwa dia belum tahu apa yang akan Allah lakukan kepada dia. Dia hanya belajar taat melangkah di dalam pimpinan Tuhan. Tuhan memang menyatakan kepada kita sekalian apa yang akan Dia lakukan atas seluruh ciptaan ini, tetapi Dia tidak secara detail membukakan tiap-tiap langkah anak-anaknya secara individu. Semua anak-anak-Nya harus belajar peka dan taat kepada pimpinan Tuhan hari demi hari. Inilah yang disebut dengan mencari kehendak Allah: mengenal rencana-Nya secara utuh dan taat mengikuti Dia dari hari ke hari. Daud tahu kalau dia akan menjadi raja. Tetapi kapan? Dengan cara bagaimana? Selama menanti sebelum menjadi raja harus melakukan apa? Semua ini harus diputuskan dengan kepekaan terhadap pimpinan Roh Kudus, dan Daud belajar menanti dengan sabar apa yang menjadi kehendak Tuhan bagi hidupnya.
Dan ternyata Allah berfirman kepada Daud melalui nabi Gad. Kemungkinan besar Gad tidak tinggal bersama-sama dengan Daud, tetapi dia mengirimkan utusan untuk mengatakan kepada Daud apa yang Tuhan mau sampaikan kepada dia. Tuhan mengatakan bahwa Daud tidak boleh tinggal lebih lama lagi di kubu gunung Adulam. Dia harus berangkat dan berpindah ke tanah Yehuda. Mengapa dia harus pindah? Sebab kalau 400 orang ditambah semua saudara-saudaranya dapat menemukan Daud di sana, maka kemungkinan Saul menemukan dia pun semakin besar. Tetapi mengapa tunggu suara Tuhan baru bertindak untuk pindah? Karena Daud tidak ingin berada di tempat di mana penyertaan Tuhan tidak bersama dengan dia. Jika dia pergi ke tempat yang tidak diperintahkan oleh Tuhan, bagaimana mungkin dia boleh berharap bahwa Tuhan akan menyertai dia? Jikalau penyertaan Tuhan tidak bersama dengan Daud, maka Daud sedang menuju celaka yang amat besar. Orang-orang agung di dalam Kitab Suci menyadari hal ini. Daud, Musa, Abraham, mereka menyadari betapa pentingnya disertai oleh Tuhan. Mereka menyadari bahwa mereka tidak akan sanggup melewati apa pun jika Tuhan tidak menyertai mereka. Itulah sebabnya Tuhan menguatkan Abraham dengan mengatakan bahwa Dialah perisai bagi Abraham (Kej. 15:1). Itulah sebabnya juga Tuhan mengatakan kepada Nuh untuk masuk bersama Dia dalam bahtera dan keluar mengikuti Dia setelah air bah surut (Kej. 7:1; 8:16. Dalam kedua ayat ini Tuhan memakai kalimat ajakan: mari ikut Aku masuk dalam bahtera (7:1) dan mari ikut Aku keluar dari bahtera (8:16). Tuhan lebih dulu berjalan ke tempat Dia memerintahkan Nuh). Itu juga sebabnya Musa mengatakan bahwa dia lebih baik mati daripada Tuhan tidak menyertai Israel (Kel. 32:32). Mereka semua menyadari bahwa mereka tidak sanggup tanpa Tuhan. Itulah sebabnya mereka menjadi raksasa iman. Mereka menjadi raksasa bukan karena kekuatan mereka, tetapi karena kerinduan mereka akan penyertaan Tuhan. Itulah sebabnya Daud menunggu perintah dari Tuhan. Tuhan mengatakan melalui Gad supaya Daud berangkat ke daerah Yehuda.
Dari bagian bacaan hari ini, setidaknya ada tiga hal yang akan kita jadikan latihan rohani bagi pembentukan hati kita:
1. Mari belajar untuk melihat lebih jauh dari kesulitan, penderitaan, dan sakit hati kita sendiri. Mari usir jauh-jauh perasaan mengasihani diri dan mari belajar peka untuk memberikan belas kasihan kepada orang lain. Sekiranya Tuhan beranugerah, biarlah Dia mengizinkan kita berbagian dalam menjadi saluran penghiburan dan kekuatan dari Tuhan bagi umat Tuhan. Semakin kita tenggelam di dalam kesulitan sendiri, semakin kita menjadi egois dan berpusat pada diri. Semakin kita menenggelamkan diri di dalam pergumulan dan kesulitan orang lain, semakin kita memperoleh kekuatan untuk menghadapi kesulitan sendiri.
2. Mari belajar untuk memenuhi kewajiban kita kepada orang-orang terdekat kita. Daud mengingat orang tuanya. Apakah kita mengingat orang tua kita? Sudahkah kita memberikan perhatian yang sepatutnya kita berikan kepada orang-orang yang Tuhan berikan di sekitar kita? Para suami, sudahkah sungguh-sungguh mengasihi istrimu dan rela berkorban bagi dia? Daud mengasihani umat Tuhan, tetapi dia tidak melupakan orang tuanya. Engkau boleh berbelas kasihan kepada orang lain, tetapi tidak dengan mengorbankan keluargamu! Istri-istri, sudahkah engkau menghormati suamimu dan menaati dia? Jalankan kewajibanmu bagi orang-orang terdekatmu. Kalau ada laki-laki yang seolah-olah mau beri belas kasihan kepada seorang perempuan cantik, lalu lupa istri sendiri, itu sudah pasti palsu. Jika belas kasihannya sungguh, dia akan menyingkir dan meminta perempuan lain yang dewasa rohaninya yang membimbing sang perempuan cantik yang sedang perlu dikasihani ini. Jangan suka menipu Tuhan karena Tuhan tahu semua motivasi terselubung dari setiap manusia.
3. Mari belajar mengutamakan penyertaan Tuhan. Mari tinggalkan dosa dan belajar menaati Dia dengan hidup suci. Carilah perkenanan Tuhan supaya Tuhan memberikan penyertaan-Nya dan kita menikmati pimpinan-Nya dalam hidup kita. Betapa indahnya pengalaman disertai Tuhan. Betapa manisnya kesaksian orang-orang yang menyatakan penyertaan Tuhan dalam hidupnya. Kiranya Tuhan memberikan kita rasa haus akan penyertaan Tuhan dan kepuasan akan rasa haus itu dalam pimpinan Roh-Nya. (JP)