Kehidupan Mengembara Daud: Daud di Nob dan Gat

Reforming Heart - Day 28

1 Samuel 21:1-15

Kehidupan Mengembara Daud: Daud di Nob dan Gat

Devotion from 1 Samuel 21:1-15

Ke manakah Daud pergi setelah dia harus melarikan diri dari Saul? Daud pertama-tama pergi ke Nob, di sebelah selatan Gibea, tempat Saul tinggal. Nob adalah tempat tinggal para imam (22:19). Daud pergi menemui para imam karena di tengah-tengah merekalah Daud berharap bisa memperoleh sekadar makanan. Dalam ayat 1 dikatakan bahwa Imam Ahimelekh begitu terkejut karena Daud datang seorang diri. Ketika dikatakan seorang diri, ini tidak berarti Daud sendirian. Tuhan Yesus dalam Matius 12:3 mengatakan bahwa Daud bersama dengan orang-orang yang mengikuti dia. Lalu mengapa bagian ini mengatakan sendirian? Lalu mengapa kemudian dalam ayat 5 dikatakan bahwa Daud bersama dengan orang-orangnya? Apakah Daud sendirian? Atau bersama pasukan? Dia tidak sendirian, tetapi juga tidak bersama pasukan. Dalam ayat 3 dikatakan bahwa Daud meminta lima roti. Jika roti yang diminta oleh Daud hanyalah lima potong, maka kemungkinan dia hanya disertai dua atau tiga orang saja. Maka yang dimaksudkan dengan sendirian adalah Daud tidak bersama dengan pasukan tentara. Berarti ketika Ahimelekh bertanya, “mengapa engkau seorang diri?” dapat juga dimaksudkan, “di manakah pasukan tentaramu, Daud?” Daud terpaksa berdusta kepada Ahimelekh dengan mengatakan bahwa dia sedang berada dalam tugas rahasia, itulah sebabnya dia tidak bersama pasukannya. Perhatikan betapa agungnya jiwa Daud. Ketika Saul akan membunuh dia, dia tidak mengumpulkan kekuatan pasukannya dan memberontak terhadap Saul. 1 Samuel 18:5 dan 13 mengatakan bahwa Daud mengepalai sepasukan pejuang-pejuang unggulan (ay. 5) yang berjumlah seribu orang (ay. 13). Tetapi Daud tidak memakai pengaruhnya untuk mengajak satu pun tentara dari seribu orang yang ada di bawah kekuasaan dia. Dua atau tiga orang yang menyertai dia kemungkinan adalah saudara dekatnya atau mungkin malah pembantunya. Dia tidak berniat untuk menyusun kekuatan guna memberontak. Dia hanya mau lari dan membiarkan Tuhan yang menghancurkan Saul jika Tuhan memang mau mengganti Saul dengan dirinya sebagai raja Israel.

Betapa sulitnya Daud pada saat itu. Dia pergi kepada imam untuk meminta roti. Dia berada dalam keadaan kelaparan dan tidak tahu lagi harus pergi ke mana. Dia berusaha berjalan ke arah Yerusalem dan Betlehem tempat dia tinggal, tetapi dia tidak bermaksud untuk menetap di Betlehem. Tentu Saul akan mencari dia ke sana. Dia juga tidak tahu siapa yang bisa dipercaya dan yang tidak akan menyerahkan dia kepada Saul. Itu sebabnya dia memilih tempat yang netral, yaitu daerah para imam. Lalu apa yang diminta Daud? Roti. Dia kelaparan dan tidak tahu harus mendapatkan makanan ke mana. Roti kudus yang seharusnya untuk sajian dan hanya boleh dimakan oleh para imam akhirnya diberikan kepada Daud dan orang-orang yang menyertai dia. Berarti ketika Daud melarikan diri, dia hanya membawa dua atau tiga orang bersama dia, berada dalam keadaan lapar dan tidak tahu harus pergi ke mana. Demi keamanan dari Saul, Daud kemudian memutuskan untuk mencari perlindungan kepada orang Filistin! Dia berlindung kepada musuh Israel karena raja Israel sedang mengejar dia. Daud benar-benar tersingkir dari tanah kebangsaannya sendiri. Dia harus menjadi orang asing di daerah musuh karena dia sudah tidak mendapat tempat di daerahnya sendiri. Betapa keras tangan Tuhan membentuk Daud. Dapat dibayangkan betapa menakutkannya harus pergi ke daerah musuh dengan harapan mendapatkan perlindungan dari mereka. Apakah yang akan mereka perbuat kepada Daud jikalau mereka tahu bahwa Daud adalah yang pernah membunuh Goliat, yang menjadi pasukan seribu dari kerajaan Israel di bawah Saul, dan yang pernah menghabisi 200 orang Filistin demi menikah dengan anak raja? Dalam ayat 11 dikatakan bahwa apa yang ditakutkan Daud benar-benar terjadi! Ada orang Filistin yang mengenal dia. Untuk menyelamatkan diri maka Daud berpura-pura gila. Dia menggores-gores pintu dan membiarkan ludahnya meleleh ke janggutnya. Akhirnya Daud diusir dari Gat karena dianggap orang gila.

Inilah dua daerah pertama yang didatangi Daud setelah dia melarikan diri dari Saul. Di daerah pertama dia mencari makanan, dan di daerah kedua dia mencari perlindungan ke daerah musuh. Keadaan makin menyedihkan bagi Daud karena dia harus berpura-pura gila supaya selamat dari Raja Akhis di Gat. Maka catatan awal dari pelarian Daud mulai menunjukkan kehidupan Daud yang seperti telah ditinggalkan Allah. Tetapi meskipun seolah-olah Allah telah meninggalkan dia, Daud tetap percaya kepada Allah sebagai sumber kekuatan dan perlindungannya. Mazmur 34 adalah Mazmur yang ditulis Daud ketika dia mengalami kejadian dalam ayat 10-15 ini. Di dalam Alkitab terbitan LAI, Mazmur 34 diberi judul: “Dari Daud, pada waktu ia pura-pura tidak waras pikirannya di depan Abimelekh.” Abimelekh adalah julukan gelar raja untuk orang Filistin, dan bukan nama pribadi raja tersebut. Perhatikan ayat-ayat dalam Mazmur 34. Lihat ayat 7, betapa Daud tetap berharap kepada Tuhan. Bahkan dalam ayat 8 Daud mengatakan bahwa malaikat-malaikat Tuhan pun diutus Allah untuk melindungi orang-orang yang takut akan Dia. Daud begitu beriman dan berserah kepada Tuhan. Tidak ada kondisi dalam hidupnya yang membuat dia berhenti berharap kepada Tuhan. Dia tidak menjadi kecewa kepada Tuhan karena seumur hidup dia berusaha membuat Tuhan tidak kecewa kepada dia. Dia berharap ketika pengharapan sepertinya hilang. Dia melihat perlindungan Tuhan ketika orang-orang melihat bahwa dia sedang dibuang oleh Tuhan. Dia melihat benteng yang kokoh dari Tuhan mengelilingi dia ketika orang-orang lain melihat pemanah-pemanah yang siap menembak dia hingga mati.

Mari renungkan sikap Daud di tempat-tempat pelariannya ini. Mari refleksikan juga dengan kondisi hidup kita sekarang. Daud yakin bahwa Tuhan adalah tempat perlindungannya karena dia takut akan Tuhan dan rela menjalankan apa pun yang Tuhan bebankan kepada dia. Kita tidak berhak mempunyai pengharapan seperti Daud jika kita tidak mempunyai kerelaan mengikut Tuhan seperti Daud. Kita tidak bisa mengatakan bahwa Tuhan membentengi kita dengan malaikat-malaikat-Nya sedangkan kita sendiri tidak pernah mau berada di dalam kehendak Tuhan. Kita tidak siap kalau Tuhan meletakkan kita dalam situasi di mana semua harus diserahkan kepada Tuhan. Tetapi kalau kita menolak untuk berserah total kepada Tuhan, mana boleh kita mengatakan bahwa Dia adalah tempat perlindunganku dan kubu pertahananku? (Mzm. 144:2). Jika kita menolak untuk berada dalam benteng yang Tuhan berikan, maka tembok benteng itu tidak akan mungkin menjadi perlindungan kita. Tetapi untuk masuk ke dalam kota benteng itu, kita terlebih dahulu harus menjadikan Tuhan segalanya bagi kita. “Tuhan adalah Pemilik hidupku. Kupasrahkan semuanya kepada Tuhan. Tuhan adalah Pemilik hartaku. Aku serahkan semuanya untuk diatur demi kemuliaan Tuhan. Aku serahkan pekerjaanku kepada Tuhan. Biarlah hanya kebenaran Tuhan dan kemuliaan Tuhan yang dinyatakan melaluinya.” Jika kita melepaskan semua yang kita miliki untuk dipegang oleh Tuhan, relakah ketika semua itu ternyata malah Tuhan buang sama sekali? Tuhan membuang keamanan Daud, tempat tinggalnya, tentaranya, kenyamanannya, bahkan makanan pun harus meminta-minta kepada imam. Apakah kita siap diberikan keadaan seperti ini oleh Tuhan? Jika ya, maka mari kita berseru seperti Daud, “Terpujilah Tuhan! Gunung batuku! Tempat perlindunganku! Kubu pertahananku! Kota bentengku!” (Bandingkan Mzm. 144:1-2). Kiranya Tuhan mengajarkan kita untuk memiliki penyerahan total kepada Allah supaya kita dapat merasakan perlindungan total dari Dia. Kiranya Tuhan melatih kita untuk memiliki ketaatan total kepada Tuhan sehingga kita dapat merasakan penyertaan dan kecukupan yang ajaib dari Allah kita. (JP)

1 Samuel 21:1-15