Bacaan hari ini menyatakan kembali betapa besar ketaatan Daud kepada Allah. Segala hal yang akan dia lakukan harus berdasarkan pimpinan Tuhan. Biarlah kita melakukan juga apa yang Daud lakukan ini. Biarlah Tuhan memimpin setiap langkah kita. Daud menanyakan haruskah dia membebaskan Kehila? Kehila adalah bagian dari Yehuda yang berada di perbatasan dengan daerah Filistin. Daud menanyakan kepada Allah, haruskah dia menyerang orang Filistin untuk menyelamatkan Kehila? Tuhan mengatakan, ya. Ayat 3 mengatakan bahwa para pengikut Daud protes. Mereka mengatakan bahwa mereka sedang ada dalam masalah besar. Mereka sendiri sedang dikejar-kejar oleh Saul dan bahkan berada dalam bahaya dianggap konspirasi pemberontakan terhadap raja Saul. Respons para pengikutnya ini ternyata membuat Daud cukup goyah. Apa yang dikatakan para pengikutnya itu benar. Siapakah mereka? Kalau Saul saja sangat sulit menaklukkan orang Filistin, berapa besarkah peluang mereka untuk menang? Apalagi status mereka sekarang pun adalah sebagai pelarian yang sedang diburu Saul. Jika mereka benar-benar berperang melawan orang Filistin itu, mereka pasti tidak bisa mengharapkan bala bantuan dari pasukan tentara Israel. Tetapi yang dilakukan Daud adalah mencari kekuatan dari firman Tuhan. Dia tidak percaya demokrasi! Dia percaya perintah Tuhan. Dia tidak percaya suara orang banyak! Dia lebih percaya firman Tuhan. Orang Kristen harus percaya firman Tuhan, bukan pendapat mayoritas. Orang Kristen harus percaya firman Tuhan, bukan kebiasaan-kebiasaan tradisional. Itu sebabnya Daud bertanya lagi kepada Tuhan di ayat 4. Tuhan menjawab, “Bangkitlah! Turunlah ke Kehila! Aku akan memberikan orang-orang Filistin itu ke dalam tanganmu.” Jawaban Tuhan memberikan kekuatan tambahan kepada Daud dengan adanya tambahan kata: “Bangkitlah!” dan kalimat: “Aku akan memberikan orang-orang Filistin itu ke dalam tanganmu.” Tuhan mengerti keraguan Daud, dan karena itu Dia memberikan dorongan dengan kalimat-kalimat tadi kepada Daud. Setelah kedua kalinya Tuhan menjawab, maka Daud pun pergi disertai dengan orang-orangnya ke Kehila dan menghancurkan pasukan Filistin di sana. Bahkan dalam status buronan pun Daud tetap menjalankan tugasnya menaklukkan orang Filistin.
Ada keunikan di dalam kata-kata bahasa Ibrani yang dipakai untuk ayat 5. Ayat ini memulai dengan mengatakan, “Kemudian pergilah Daud dengan orang-orangnya ke Kehila.” Tetapi, walaupun mengatakan Daud dengan orang-orangnya, kata yang dipakai untuk “pergilah” adalah tunggal, bukan jamak. Begitu juga dengan kata “dihalaunya”, “ditimbulkannya kekalahan”, dan “menyelamatkan”, semua memakai kata tunggal. Semua merujuk kepada aksi satu orang, yaitu Daud. Begitu besarnya peran dan pengaruh Daud dalam pertempuran ini sehingga seolah-olah dia memenangkan pertempuran ini sendirian saja. Maka penulis Kitab Samuel sedang mengarahkan pembacanya untuk bersiap melihat tokoh utama, yaitu Daud, makin menjadi sorotan utama. Begitu sentralnya posisi Daud di dalam narasi kitab ini sejak pasal 23 sehingga bahkan kematian Samuel (25:1) pun tidak boleh mengganggu alur narasi Daud. Kematian itu hanya sekilas dikisahkan dan hanya diberikan satu pasal saja agar tidak menyebabkan fokus pembaca beralih dari Daud.
Tetapi, setelah kemenangan yang besar ini ternyata Daud harus kembali menghadapi permasalahan utama, yaitu Saul. Saul kembali menjadi kesulitan besar bagi Daud karena sekarang Saul bersiap mengepung dia di Kehila. Kehila adalah tempat dengan tembok benteng, sehingga kalau saja Saul sempat datang sebelum Daud melarikan diri, maka Daud tidak akan punya peluang selamat. Dia akan terkurung di tengah-tengah kota itu. Coba kita lihat ayat 7. Saul mengatakan bahwa Allah telah menyerahkan Daud ke dalam tangannya. Ini ayat yang benar-benar mengejutkan! Saul benar-benar orang yang tidak tahu diri! Dia tetap merasa Tuhan menyertai dia! Tuhan sudah tidak lagi berfirman kepada dia, lalu Samuel, nabi Tuhan, sudah meninggalkan dia, dan, ini yang paling hebat... dia baru membunuh ratusan orang imam dan keluarganya di Nob... dan Saul masih merasa Allah ada di pihak dia?? Dosa telah benar-benar membutakan mata hati seseorang. Orang berdosa benar-benar tidak sadar kalau Allah sudah membuang dia! Betapa kontrasnya Saul dengan Daud. Saul mengatakan dengan mulutnya bahwa Allah masih menyertai dia. Bagaimana dengan Daud? Daud memohon pimpinan Tuhan untuk keputusan yang akan dia ambil, dan Tuhan menjawab dia. Daud bertanya tentang kesetiaan orang Kehila. Apakah mungkin orang-orang yang baru saja ditolong oleh Daud ini menyerahkan Daud ke tangan Saul? Ternyata Allah menyatakan bahwa mereka akan menyerahkan Daud ke tangan Saul. Mereka akan membiarkan pahlawan mereka dibunuh untuk keselamatan pribadi mereka. Mereka tidak peduli kalau orang itu mempertaruhkan nyawanya untuk menolong mereka. Mereka hanya tahu kalimat: “yang penting selamat”. Orang-orang yang tidak pernah mengerti semangat berkorban bagi orang lain adalah orang-orang yang sepantasnya diberikan hukuman. Orang Kehila tega menyerahkan Daud demi keamanan mereka. Mereka seolah mengatakan, “daripada bermusuhan dengan Saul lebih baik serahkan saja orang yang baru menyelamatkan kita.”
Mengapa orang Kehila begitu kejam dan tidak tahu berterima kasih? David Tsumura di dalam commentary-nya mengatakan bahwa bagi orang Kehila, Saul lebih menakutkan daripada orang Filistin (NICOT hlm. 556). Orang-orang Filistin hanya menghancurkan hasil panen mereka di tempat-tempat pengirikan (ay. 1). Tetapi Saul membunuh para imam beserta istri dan anak-anak mereka hanya karena salah satu dari mereka pernah bercakap-cakap dengan Daud. Apakah yang akan dilakukan Saul kepada orang-orang Kehila yang baru saja diselamatkan Daud? Bukankah Saul akan menganggap Kehila bersekutu dengan Daud? Apa lagi alasan Daud membahayakan diri menolong mereka kalau bukan karena mereka adalah sekutu Daud? Satu-satunya cara untuk membuat Saul tidak lagi menciptakan teori konspirasi baru adalah dengan menyerahkan Daud. Inilah rencana orang Kehila. Tetapi Tuhan mengetahui rencana itu dan membebaskan Daud dengan memberi peringatan kepada dia. Daud bertanya kepada Tuhan dan Tuhan sekali lagi meluputkan Daud dengan memberikan petunjuk mengenai langkah apa yang harus dia lakukan.
Ayat 13 menyatakan bahwa Daud dan orang-orangnya pergi dengan spontan, seperti orang yang melarikan diri, dari Kehila. Mungkin ini dilakukan supaya Saul menyangka Daud dan pasukannya telah melarikan diri dari Kehila. Mungkin ini salah satu usaha untuk mencegah Saul merancang suatu teori konspirasi lalu membunuh orang-orang Kehila. Ayat 13 juga menyatakan bahwa Daud dan orang-orangnya – yang berjumlah 600 orang – pergi dengan berpencar. Jika di gua Adulam dikatakan pengikut Daud ada 400 orang, dari manakah 200 orang tambahan ini? Mungkin dari orang-orang di sekitar Kehila (atau bahkan mungkin sebagian orang Kehila sendiri) yang begitu terpukau dengan keberanian Daud dan pasukannya. Keberanian selalu menarik orang yang mempunyai semangat yang besar. Demikianlah bagian ini membukakan kepada kita penyertaan Tuhan kepada Daud bahkan dalam keadaan sebagai pelarian. Seorang yang dipilih Tuhan untuk mengerjakan sesuatu tidak harus menunggu jabatan resmi untuk dipakai oleh Tuhan. Daud belum naik takhta tetapi dia sudah mengerjakan pekerjaan bagi seorang raja Israel, yaitu menaklukkan orang Filistin (1Sam. 9:16). Bahkan dalam keadaan sebagai buronan pun dia tetap mengerjakan apa yang menjadi panggilannya ini. Kiranya kita diberikan kekuatan oleh Tuhan untuk mempunyai hati yang rindu melayani. Meskipun tidak menjabat, tetap melayani. Meskipun dalam keadaan yang jauh dari ideal, tetap berfungsi bagi kerajaan Allah. Jangan tunggu sampai dipercayakan kedudukan sebagai hamba Tuhan baru mulai memberitakan Injil. Jangan tunggu terpilih jadi pengurus dan majelis baru mau mulai melayani. Layanilah Tuhan! Nyatakan panggilanmu di dalam ketaatan meskipun tidak ada kedudukan resmi di mata manusia. (JP)