Kembalinya Tabut Tuhan

Reforming Heart - Day 7

1 Samuel 6:1-7:3

Kembalinya Tabut Tuhan

Devotion from 1 Samuel 6:1-7:3

Tabut Perjanjian Tuhan adalah simbol kehadiran Tuhan di tengah-tengah Israel. Di dalam tabut itu terdapat dua loh batu yang berisi ke-10 hukum, diberikan Tuhan kepada Musa. Tabut itu ditutup dengan tutup pendamaian di mana di atasnya dibuat dua patung kerub yang dibuat dari emas (lihat Kel. 25:16-18). Semua hal-hal tersebut sangat penting untuk membuat kita mengerti apa yang disimbolkan oleh tabut Tuhan. Dua loh menandakan penyertaan Tuhan melalui firman-Nya bagi Israel. Kehadiran Tuhan harus dinilai berdasarkan kerelaan-Nya menyatakan diri-Nya melalui firman-Nya. Kehadiran Tuhan tidak dirasakan dengan getaran-getaran atau sensasi-sensasi supranatural pada tubuh, tetapi dimengerti dari pernyataan diri-Nya melalui firman-Nya. Tuhan tidak pernah menyatakan kehadiran-Nya secara intim dengan umat-Nya tanpa menyatakan firman-Nya. Jika Tuhan memberikan kelimpahan firman, itu tandanya Tuhan hadir. Jika firman Tuhan tidak ada, berarti Tuhan tidak ada. Gereja yang menilai penyertaan Tuhan dari musik-musik elektronik, atau dari permainan lampu seperti diskotik adalah gereja yang sedang tersesat! Kehadiran Tuhan ditandai dengan kerelaan-Nya berfirman.

Kemudian pada atas tabut terdapat tutup pendamaian. Tutup pendamaian ini adalah tanda penebusan yang Tuhan berikan bagi umat-Nya. Tuhan memanggil umat-Nya setelah terlebih dahulu menebus mereka. Tuhan memanggil Israel setelah terlebih dahulu membayar nyawa mereka dengan darah anak domba. Tuhan memanggil gereja-Nya setelah terlebih dahulu membayar nyawa mereka dengan darah Anak Domba Allah. Dalam Imamat 16:14-15, Harun harus membasuh tutup pendamaian itu dengan darah. Ini menandakan bahwa darah menjadi simbol pendamaian antara Allah dengan umat-Nya. Pada tutup pendamaian itu juga diukir dua ukiran kerub. Kerub ini adalah simbol dari kekudusan Allah. Kerub adalah golongan malaikat yang bertugas menjaga kesucian Allah agar tidak dilanggar oleh manusia. Kerub berjaga di taman Eden untuk mencegah manusia melanggar batas menuju ke pohon kehidupan. Demikian juga kedua kerub pada tutup pendamaian menjadi simbol kesucian Allah. Dengan ketiga simbol ini, kita dapat menyimpulkan bahwa kehadiran Allah harus diidentikkan dengan pernyataan firman Allah, penebusan oleh darah Kristus, Anak Domba Allah, dan pengudusan umat Allah yang dipanggil untuk datang ke takhta suci Allah dan menyembah Dia. Tabut itu bukanlah benda keramat, tetapi benda simbolik yang melambangkan kehadiran Allah melalui firman-Nya, melalui Kristus, dan melalui kekudusan umat-Nya yang disucikan oleh penebusan Kristus dan pekerjaan Roh Kudus. Pemujaan terhadap tabut berarti penyembahan berhala. Itu sebabnya Tuhan tidak mengizinkan ada patung diri-Nya dalam bentuk apapun yang diukir pada tabut. Tetapi penghinaan terhadap tabut berarti juga pelanggaran akan kesucian Tuhan, sebab penghinaan terhadap tabut berarti penghinaan terhadap apa yang disimbolkan, yaitu kehadiran Allah.

Ketika orang-orang Filistin merampas tabut, Tuhan memberi tulah kepada mereka. Maka mereka menjadi sadar bahwa Tuhan tidak senang kalau tabut itu ada di daerah Filistin. Maka mereka mulai mengadakan ritual untuk membawa kembali tabut Tuhan ke daerah orang Israel. Mereka melakukan ini supaya Tuhan berhenti menindas mereka dan ilah mereka dengan keras (ay. 5). Ayat 4 mengatakan bahwa mereka membayar tebusan berupa emas yang berbentuk penyakit borok mereka. Dalam ayat 7 mereka mempersiapkan lembu dan sebuah kereta untuk mengangkut tabut tersebut. Kereta yang ditarik oleh dua lembu yang belum pernah menarik kereta dan yang juga sudah mempunyai anak yang masih menyusu adalah untuk menguji, benarkan Allah yang menimpakan tulah ini, atau hanya kebetulan saja menimpa mereka (ay. 9)? Lembu yang belum pernah menarik kereta akan kesulitan menarik kereta berisi tabut perjanjian. Apalagi lembu-lembu itu mempunyai anak yang masih menyusu. Secara naluri mereka akan mencari anak mereka, bukan malah pergi ke daerah yang belum mereka kenal. Jadi kalau lembu-lembu itu ternyata berjalan ke daerah Israel (di Bet-Semes), maka pastilah tangan Tuhan yang menuntun lembu-lembu tersebut.

Ayat-ayat selanjutnya menyatakan bahwa lembu-lembu itu benar-benar berjalan ke Bet-Semes. Tuhan menuntun sehingga tabut-Nya tiba kembali di daerah Israel. Tetapi bagian selanjutnya dari bacaan kita mengatakan bahwa orang-orang Bet-Semes mau melihat ke dalam tabut Tuhan. Tuhan membunuh 70 orang dari mereka. Dalam tulisan bahasa asli dikatakan lebih lanjut bahwa Tuhan membunuh 70 orang, yaitu lima orang dari setiap seribu orang dari mereka. Berarti ada 14.000 orang di kota Bet-Semes dan lima orang dari tiap seribu di antara mereka dimatikan oleh Tuhan. 70 adalah jumlah total, sedangkan pada setiap kaum (setiap 1000 orang), ada lima kematian yang terjadi. Ini sangat mendukakan orang Bet-Semes.i Tuhan menghukum mereka untuk sikap mereka yang melanggar simbol kesucian Tuhan. Ternyata kembalinya tabut tidak menjamin kembalinya kesejahteraan mereka sebagai umat Tuhan. Pasal 7 kemudian bahkan membahas bahwa selama 20 tahun setelah kembalinya tabut, mereka tetap belum dipulihkan oleh Tuhan (ay. 2). Betapa mengerikannya kisah perjalanan tabut Allah ini. Tabut ini dibawa ke medan perang untuk memberikan kemenangan, tetapi ternyata malah membawa malapetaka, baik bagi Filistin maupun Israel. Bahkan di daerah Israel sendiri, di Bet-Semes, malapetaka tetap menyertai tabut dan menimpa orang-orang di sekeliling tabut tersebut. Kembalinya simbol kehadiran Allah ternyata tidak sama dengan kehadiran Allah sendiri. Simbol tersebut baru bermakna kalau Tuhan sungguh-sungguh hadir di tengah-tengah Israel. Kalimat orang-orang Bet-Semes sangat tepat. Siapakah yang tahan berdiri di hadapan Tuhan? Kecemaran dan kebobrokan Israel harus disingkirkan dulu, barulah kehadiran Tuhan boleh dinikmati oleh mereka. Tanpa pertobatan sejati dari bangsa Israel, tabut Tuhan tidak akan mengubah apa-apa dengan kehadiran fisiknya. Maka Samuel muncul dan berkata kepada segenap orang Israel, “ Jika kamu berbalik kepada Tuhan dengan segenap hati…” Harus ada pertobatan sejati, dan pertobatan sejati berarti berbalik kepada Tuhan dengan segenap hati.

Mari kita renungkan untuk hari ini:
1.  Tuhan menginginkan adanya pertobatan bangsa Israel, bukan kehadiran simbolis Allah melalui tabut perjanjian. Pertobatan kita lebih diinginkan Tuhan daripada hal-hal simbolis dari keagamaan. Jika kita merasa dengan rajin datang ke gereja akan mendapatkan perkenanan Tuhan, maka kita harus ingat bahwa tanpa pertobatan semua hal tersebut tidak akan bermanfaat. Jika kita merasa sudah menjadi anggota gereja dan karenanya benar-benar diperkenan Tuhan, maka kita harus ingat juga bahwa tanpa pertobatan semua hal tersebut tidak akan bermanfaat. Bertobatlah dari cara hidup yang tidak diperkenan Tuhan! Adakan suatu relasi yang baru, yang timbul dari hati yang mengasihi Allah dan hati yang hancur karena dosa. Adakan suatu pembaruan iman melalui pertobatan yang sejati dan komitmen mengikuti Tuhan dengan setia.

2.  1 Samuel 7:3 mengatakan bahwa pertobatan sejati adalah berbalik kepada Tuhan dengan segenap hati. Berbalik berarti menjauhi segala hal yang tadinya membuat kita jauh dari Tuhan. Apakah yang menjauhkan kita dari Tuhan? Cinta uang? Hawa nafsu? Keserakahan? Kebencian kepada orang lain? Ambisi pribadi yang egois? Pertobatan berarti meninggalkan semua itu. Tidak ada pertobatan sejati tanpa berbalik. Tinggalkan semua hal tersebut sehingga seluruh hati kita menjadi milik Tuhan. Sudahkah seluruh hati kita terarah hanya kepada Dia? Kiranya hati kita berkata kepada Allah, “hanya Engkau sumber sukacitaku, hanya Engkau sumber kepuasanku, hanya Engkau sumber kecukupanku, hanya Engkau sumber segala kasihku, dan hanya Engkau kemuliaan hidupku.” (JP)


i David Tsumura, New International Commentary on the Old Testament, 1 Samuel. Hlm. 227.

1 Samuel 6:1-7:3