Akhirnya apa yang tidak diinginkan Daud terjadi. Israel dan Yehuda berperang. Abner menantang pasukan Yehuda untuk bertarung di dalam pertarungan satu lawan satu antara beberapa wakil Yehuda melawan beberapa wakil dari Benyamin. Ini merupakan pendahuluan untuk adanya sebuah perang yang sangat hebat (ay. 17). Alkitab mencatat bahwa pasukan Abner terpukul kalah oleh pasukan Daud di bawah pimpinan Yoab. Kemudian ayat 18 mengarahkan fokus kita kepada peristiwa pertarungan Abner dengan Asael. Dikatakan bahwa setelah pasukannya kalah, anak buah Abner melarikan diri dan anak buah Yoab mengejar mereka. Asael, adik Yoab, sepupu Daud, mengejar Abner sebelum akhirnya dibunuh oleh Abner. Abner menusuk ke belakang dan mengenai perut Asael. Inilah kehebatan Abner dalam bertempur. Dia tidak perlu berbalik untuk menaklukkan Asael. Kematian Asael inilah yang nantinya akan dijadikan Yoab alasan untuk membunuh Abner (2Sam. 3:27). Peperangan berakhir dengan tewasnya 360 orang Israel dan hanya 19 yang hilang dari pasukan Yehuda. Tuhan mulai mengikis habis kekuatan tentara Isyboset guna memberikan takhta Israel kepada Daud. Tuhan perlahan-lahan mulai memberikan kekuatan kepada Daud dan sekarang kekuatan itu makin besar. Di dalam Kitab 1 Samuel Tuhan memberikan kekuatan yang makin bertambah kepada Daud di dalam periode pelariannya. Memulai pelarian dengan hanya dua atau tiga orang saja yang menemani (dan karena itu Daud hanya mengambil lima roti untuk perbekalannya – 1 Samuel 21:3), Tuhan menambahkan jumlah orang-orang yang mengikuti Daud menjadi 400 orang. Dengan ke-400 orang inilah Daud menghancurkan orang Filistin yang menyerang Kehila (1Sam. 22:2; 23:5). Setelah kemenangan itu Tuhan menambahkan lagi jumlah orang-orang Daud menjadi 600 (1Sam. 23:13). Ketika Daud berada dalam persembunyian di tengah-tengah orang Filistin Tuhan memakai Daud untuk menghancurkan orang Gesur, orang Girzi, dan orang Amalek (1Sam. 27:8). Dia juga menghancurkan pasukan besar orang Amalek yang membakar Ziklag (1Sam. 30:16-17). Peran Daud sebagai pemimpin perang tidak pernah berhenti. Tetapi dalam bacaan ini dinyatakan bahwa yang diperlukan oleh Israel bukan hanya raja yang kuat berperang melawan musuh, tetapi raja yang sanggup menyatukan seluruh Israel.
Bacaan kita hari ini memberikan fokus kepada kedekatan Israel dan Yehuda yang dipimpin oleh dua panglima perang, yaitu Abner dan Yoab. Kisah ini juga memberikan penekanan bahwa kedua pihak yang berperang sebenarnya adalah saudara. Perhatikan ayat 19-22! Bukankah ayat-ayat ini menceritakan bahwa Abner sangat mengenal Yoab dan saudara-saudaranya, anak-anak Zeruya? Lalu ayat 26 di mana Abner mengatakan bahwa peperangan harus berhenti dan orang-orang Yehuda harus berhenti mengejar saudaranya Israel. Bagian ini merupakan kisah perang dengan sentuhan persaudaraan yang secara ironis muncul di tengah-tengahnya. Apakah mereka musuh? Ya. Apakah mereka bersaudara? Ya! Apakah mereka saling membenci? Sebenarnya tidak, jika bukan karena kepentingan politik Abner dan Isyboset. Apakah mereka akrab? Ya. Abner merasa tidak sanggup memandang wajah Yoab kalau dia harus membunuh adik Yoab. Nuansa kedekatan sekaligus nuansa peperangan melebur menjadi satu dalam bagian ini. Tetapi akhirnya Yoab yang memenangi pertarungan dengan membunuh 360 orang Israel dan hanya kehilangan 19 orang. Maka Abner pulang ke Mahanaim dengan kegagalan menaklukkan Yehuda, sedangkan Yoab pulang ke Hebron dengan kehilangan seorang adik. Inilah kepahitan perang saudara yang dialami oleh Israel dan Yehuda. Peperangan yang akan terus terjadi berlarut-larut hingga Tuhan menempatkan Daud pada takhtanya, barulah ada damai antara Yehuda dan Israel.
-
Kaitan bagian ini dengan seluruh Kitab 2 Samuel
Bagian ini mengisahkan tentang perlunya raja yang mempersatukan seluruh Israel. Peperangan yang penuh dengan kepahitan dan kesedihan akibat perpecahan yang tidak perlu dapat diatasi seandainya raja yang diurapi itu duduk di atas takhta seluruh Israel. Daud tidak boleh hanya menjadi raja atas Yehuda saja. Dia harus menjadi raja atas seluruh Israel. Perpecahan antara Yehuda dan Israel merupakan sesuatu yang tidak diinginkan Tuhan. Maka raja yang akan Tuhan letakkan di atas takhta Israel, dialah yang akan menyatukan seluruh umat Tuhan yang terpecah. Bagian ini mengingatkan kita semua tentang pentingnya peran raja yang juga adalah gembala. Raja yang bertakhta atas Israel adalah gembala yang mewakili Tuhan memimpin umat-Nya. Raja ini haruslah menyatukan seluruh domba-domba Tuhan. Dengan demikian siapa pun yang duduk di atas takhta Israel haruslah orang yang sanggup memenangkan hati seluruh rakyat. Dia harus menjadi orang yang dikagumi dan diikuti oleh seluruh Israel. Tidak ada yang lebih tepat untuk menduduki takhta ini kecuali Daud. Mengapa? Karena bagian sebelumnya menyatakan bahwa Daud memiliki hati untuk seluruh Israel. Bagian selanjutnya juga dinyatakan bagaimana Daud bersedih untuk kematian Abner. Kesedihan yang juga dinyatakan oleh Daud ketika Saul mati terbunuh. Daud, seorang dengan hati untuk seluruh Israel, adalah yang diperlukan agar perang saudara seperti pada bagian bacaan kita hari ini dapat dihentikan. -
Apakah yang dapat kita pelajari?
Bagian ini menekankan kepada kita untuk melihat sumber perpecahan. Apakah yang menyebabkan perang saudara ini terjadi? Bukankah karena Abner menolak kehendak Tuhan menjadikan Daud raja atas seluruh Israel? Ya. Tetapi ada alasan lain lagi, yaitu orang-orang Yehuda mengangkat Daud menjadi raja juga karena Daud adalah orang Yehuda. Kedua belah pihak mengangkat raja sesuai dengan kehendak hati mereka sendiri. Hanya Daud yang, setelah diangkat menjadi raja atas Yehuda, menunjukkan simpatinya kepada seluruh Israel (2Sam. 2:4-5). Perpecahan yang terjadi semua bermula dari pengabaian perintah Allah untuk mengutamakan orang lain lebih daripada diri sendiri. Di dalam Filipi 2:1-3 dikatakan bahwa kita harus mengutamakan orang lain lebih daripada diri sendiri dengan tujuan kesatuan seluruh gereja di dalam Kristus. Berarti mengutamakan orang lain demi kesatuan umat Tuhan lebih penting daripada kepentingan diri sendiri. Setiap perpecahan yang berasal dari sifat mementingkan diri sendiri adalah racun perusak yang sulit dihilangkan dari Gereja. Sifat mementingkan diri sendiri jugalah yang akan membuat seseorang sulit tunduk kepada kebenaran firman Tuhan. Mari belajar menjadi orang Kristen yang tidak gampang bertarung untuk membela diri dan kepentingan sendiri. Semua ini perlu latihan. Jika kita bertemu dengan situasi di mana ego kita dijatuhkan, atau kepentingan diri kita diabaikan, biarlah kita belajar untuk berserah kepada Tuhan dan tidak mulai menunjukkan taring membela hak kita dengan mengancam orang lain. Efesus 4:3 mengatakan bahwa orang Kristen harus berjuang dengan sekuat mungkin untuk memelihara kesatuan Roh. Perjuangan yang harus dimulai dari kita masing-masing. -
Bayang-bayang Kristus
Posisi Daud sebagai yang akan menyatukan seluruh Israel di dalam kasih dan kebenaran adalah gambaran dari Kristus yang akan mengumpulkan orang-orang tebusan-Nya dari semua bangsa. Daud dapat mengumpulkan kedua suku yang bertikai, yaitu Yehuda dan Israel, karena dia menampung keduanya di dalam hatinya. Jika dia hanya mementingkan Yehuda, maka tentu sejak kematian Saul dia telah mengumpulkan seluruh rakyat Yehuda dan menjadikan takhtanya kuat dengan bergabung bersama Filistin dan memerangi Israel yang tengah mengalami kekosongan kepemimpinan. Tetapi Daud hanyalah bayang-bayang dari kegenapan sempurna di dalam Kristus. Kristus menyatukan di dalam diri-Nya orang-orang pilihan dari banyak bahasa, bangsa, dan kaum. Keluasan hati-Nya yang menampung seluruh bangsa membuat Dia menjadi satu-satunya Raja yang dapat membawa persatuan seluruh dunia pada saat kedatangan kedua-Nya nanti. Itu sebabnya sekarang, di dalam darah Kristus, tidak ada lagi bangsa, bahasa, ataupun kaum yang lebih tinggi dari yang lain. Semuanya menjadi satu di dalam Kristus (Gal. 3:28). (JP)