Orang banyak mau melempar Yesus dengan batu. Perkataan Yesus yang menyamakan diri dengan Bapa di surga membuat mereka menangkap adanya penghujatan. Yesus menghujat Allah. Mengapa? Karena menyamakan diri dengan Allah. Manusia bukan Allah. Manusia tidak boleh mengklaim diri sama dengan Allah. Tetapi klaim inilah yang dikatakan Yesus berkali-kali. Apakah benar bahwa Yesus berdosa karena hal ini? Benarkah tuduhan orang-orang Yahudi kepada Yesus? Bukankah sepertinya benar? Dia menyamakan diri dengan Allah dengan kalimat “Aku dan Bapa adalah satu”? Yesus menjawab tuduhan ini dengan mengatakan bahwa manusia disebut “allah” di dalam Mazmur 82:6? Yesus mengatakan bahwa ini tertulis di dalam Taurat (ay. 34). Yang Yesus maksudkan dengan Taurat adalah Kitab Suci orang Yahudi. Menyebut seluruh Perjanjian Lama dengan sebutan “Taurat” adalah hal yang umum pada waktu itu. Tetapi apakah maksud Yesus mengutip Mazmur 82:6? Mazmur ini sedang berbicara tentang Allah menghakimi para raja atau para pemimpin. Para raja dan pemimpin ini disebut “allah” oleh Allah sendiri, tetapi Allah menghakimi para “allah” ini. Allah tetap lebih besar dan lebih berkuasa dibandingkan dengan para “allah” ini. Seluruh hakim dan pemimpin di dunia ini tetap harus menghadap Allah yang kepada Dia mereka harus bertanggungjawab. Siapa yang menjalankan panggilan menjadi pemimpin dengan tidak bertanggung jawab, dengan membiarkan ketidakadilan merajalela, bahkan menjalankan pemerintahannya dengan ketidakadilan, dia pasti akan dihukum oleh Allah. Allah adalah Hakim yang akan menghakimi segala hakim. Dia adalah Raja yang akan meminta pertanggungjawaban para raja. Jadi, jika orang-orang yang akan dihakimi disebut “para allah”, apakah mungkin jika Sang Anak Allah yang sejati tidak boleh disebut dengan “Anak Allah”? Dia yang akan menghakimi “para allah” ini sedang dihakimi oleh “para allah”, yaitu para pemimpin agama Yahudi. Pemimpin-pemimpin buta itu sedang merasa diri mereka layak menghakimi Allah! Betapa besar penghukuman yang harus mereka terima karena hal ini!
Tetapi mungkin mereka akan berdalih bahwa mereka tidak tahu kalau Yesus adalah Anak Allah. Bagaimana bisa tahu? Karena apa yang Yesus katakan? Bukankah sangat mungkin kalau Yesus berbohong di dalam perkataan-Nya? Yesus menjawab hal ini di dalam ayat 37. Jikalau Yesus tidak membuktikan dengan pekerjaan-Nya bahwa Dia adalah Anak Allah, maka ucapan-Nya tidak perlu didengar. Tetapi Yesus Kristus telah membuktikan bahwa diri-Nya adalah Anak Allah melalui pekerjaan-Nya. Identitas seseorang akan terlihat melalui apa yang dia kerjakan. Jika Yesus mengklaim diri-Nya adalah Anak Allah, tetapi Dia tidak menghidupi identitas sebagai Anak Allah, maka tentu saja Dia berkata bohong. Jika seseorang memperkenalkan apa identitasnya dengan mulut, maka perkenalan ini tidak berarti apa pun. Tetapi jika Dia menghidupi identitas itu dengan hidupnya dan pekerjaannya, maka bukti identitasnya itu menjadi tidak terbantahkan. Seorang tentara dengan jiwa rela berkorban, berani berperang, dan tangguh di dalam bertarung akan membuktikan identitasnya sebagai seorang tentara dengan cara yang lebih kuat daripada sekadar berkata-kata. Tuhan Yesus adalah Anak Allah. Apakah ini harus dipercaya oleh orang Yahudi? Apa dasar untuk memercayai ini? Pengakuan mulut Yesus Kristus? Bukan. Hidup Yesus Kristuslah yang menyatakan ini. Dia menjalankan pekerjaan-Nya sesuai dengan identitas-Nya sebagai Anak Allah. Dia menyembuhkan orang, mengusir setan, menghancurkan maut, menaklukkan alam, memelihara umat, berbelaskasihan, adil, penuh kerendahan hati, dan memberitakan kabar baik tentang keselamatan yang dari Allah. Lebih lagi, Dia juga rela menjadi Kepala bagi umat-Nya, rela menebus umat-Nya, rela menggantikan umat-Nya menerima murka Tuhan atas pengkhianatan umat-Nya. Haruskah orang Yahudi percaya kepada Kristus? Harus. Adakah cara untuk menyanggah bahwa Dia adalah Sang Mesias? Tidak. Jika mereka melihat apa yang Yesus telah lakukan dan melihat semua mukjizat yang diperbuat-Nya, mereka tidak punya alasan apa pun untuk tidak tunduk kepada Kristus.
Perkataan dan perbuatan Kristus adalah satu. Keduanya menunjukkan identitas-Nya sebagai Anak Allah. Sebagai Anak Allah Dia mengerjakan tanda-tanda yang membuktikan hal ini. Segala tanda yang Dia kerjakan, baik kesembuhan (Mzm. 103:3), tanda-tanda mukjizat dan kuasa yang sesuai nubuat Allah (Yes. 35:5-6), maupun pekerjaan-Nya berkhotbah dan menegur orang lain, juga pengajaran-Nya yang dinanti-nantikan, semua ini membuktikan bahwa Dia adalah Sang Mesias, Anak Allah. Apakah mungkin mereka gagal melihat bahwa apa yang dikerjakan Yesus membuktikan bahwa Dia adalah Sang Anak Allah? Tidak. Mereka sebenarnya tidak gagal melihat. Ayat-ayat ini membuktikan bahwa mereka tidak gagal melihat tanda-tanda yang Yesus kerjakan: Yohanes 2:11; 2:23; 3:2; 10:41. Bahkan di dalam Yohanes 20:30 dikatakan bahwa ada banyak tanda-tanda lain yang Yesus kerjakan yang tidak tercatat. Jika orang-orang yang ditulis di dalam ayat-ayat tadi dapat mengenal Yesus melalui tanda-tanda yang Dia kerjakan, bagaimana mungkin para pemimpin agama dan para imam kepala ini gagal melihat tanda-tanda itu? Apakah karena mereka lebih bodoh daripada orang-orang yang menjadi murid Yesus? Ataukah karena kekerasan hati mereka? Pastilah karena kekerasan hati mereka.
Yesus yang mengetahui kerasnya hati mereka tetap berusaha untuk memenangkan mereka. Yesus mendesak mereka untuk berhenti mengeraskan hati demi kebaikan mereka sendiri. Di dalam ayat 38 Yesus menekankan bahwa alasan Dia tetap berfirman kepada mereka dan menunjukkan tanda-tanda tentang siapa Dia melalui pekerjaan-Nya adalah karena Dia ingin mereka percaya bahwa Yesus dan Bapa adalah satu. Dia satu dengan Bapa, dikasihi oleh Bapa, mengasihi Bapa, menaati Bapa, dan diperkenan oleh Bapa. Pengertian tentang hal ini sangat penting. Jika mereka terus mengeraskan hati, maka mereka tidak akan berbagian di dalam relasi yang limpah antara Allah dan Anak. Jika mereka mau menerima, maka mereka akan menyadari bahwa Allah sedang dinyatakan oleh Sang Anak dan karena itu mereka dapat berbagian di dalam relasi yang indah dan sempurna di dalam Allah Bapa dan Anak-Nya. Tuhan Yesus mengasihi mereka yang membenci Dia. Tuhan Yesus mau mengabarkan Injil kepada mereka yang mau membunuh Dia! Tidak ada cinta kasih dan pengampunan yang lebih indah daripada cinta kasih dan pengampunan dari Tuhan Yesus.
Untuk direnungkan:
Adakah alasan bagi manusia untuk menolak Yesus Kristus? Bacalah Alkitab dan kita akan mengetahui bahwa alasan itu tidak ada sama sekali. Yesus telah menyatakan pekerjaan-Nya dan mengajarkan perkataan-Nya yang menandakan bahwa Dia adalah Sang Mesias, Anak Allah. Dia adalah Anak Allah, maka Dia mengerjakan hal-hal yang Dia kerjakan itu. Alkitab dengan konsisten menubuatkan tentang siapakah Anak Allah itu di dalam Perjanjian Lama dan Yesus Kristus dengan konsisten mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang menggenapi nubuat di dalam Perjanjian Lama itu. Adakah alasan untuk tidak memercayai Dia? Tidak. Tetapi bisakah mengenal Kristus dialami dengan keadaan yang statis, tidak bergairah, dan mati? Tidak! Tidak seorang pun yang mengenal dahsyatnya ledakan bom akan bereaksi dengan statis, tidak bergairah, dan tanpa gerakan apa pun. Tidak seorang pun mengenal keagungan Sang Anak Allah akan bereaksi dengan tidak ada gerakan apa pun di dalam dirinya. Mungkin kita tidak bereaksi dengan marah, atau hati yang ingin membunuh Yesus Kristus, seperti yang dialami oleh para pemimpin Yahudi, tetapi kita juga tidak bereaksi dengan tepat. Kita sama matinya dengan orang-orang Yahudi yang menolak Dia jika kita tidak tergerak sedikit pun untuk mengasihi dan menikmati Dia. (JP)

