Permulaan Kehidupan Mengembara Daud

Reforming Heart - Day 27

1 Samuel 20:18-43

Permulaan Kehidupan Mengembara Daud

Devotion from 1 Samuel 20:18-43

Kehidupan mengembara Daud dimulai dari narasi ini. Yonatan akhirnya mengetahui bahwa Saul benar-benar ingin membunuh Daud. Kalimat kasar Saul dalam ayat 30 menunjukkan amarah yang menyala-nyala untuk membunuh Daud. Inilah alasan yang dikemukakan Saul mengenai mengapa Daud harus mati, yaitu bahwa dia akan terus menjadi ancaman bagi takhta Yonatan. Tetapi Yonatan berkeras untuk adanya perlakuan adil. Ayat 32 mengatakan bahwa Yonatan meminta alasan mengapa Daud harus mati di dalam suatu tindakan nyata yang dilakukan Daud. Apakah dosa Daud? Apakah dia pernah melanggar hukum? Pernahkah dia melakukan sesuatu yang setimpal dengan hukuman mati? Tetapi karena amarah Saul begitu besar, bahkan nyaris membunuh Yonatan juga, maka Yonatan tahu bahwa Daud tidak akan punya kesempatan hidup jika dia kembali kepada raja Saul.

Kisah berikutnya dicatat bahwa Daud bersembunyi di suatu tempat. Yonatan memberikan kode bahwa memang benar Saul akan membunuh Daud tanpa alasan yang tepat. Maka Daud dan Yonatan mengadakan perpisahan di sini dan Daud memulai perjalanan melarikan diri dari Saul, bahkan hingga bersembunyi di daerah orang Filistin. Di sinilah pembentukan tahap ketiga dari Tuhan kepada Daud. Pada tahap pertama Tuhan melatih Daud sebagai gembala yang bertarung melawan singa dan beruang demi memelihara domba-domba yang berjumlah sangat sedikit. Tahap kedua Tuhan membentuk Daud dengan menjadikan dia pahlawan besar di tengah-tengah Israel. Tahap ketiga adalah tahap di mana Daud merasakan suatu keadaan yang akan mencerminkan penderitaan Sang Mesias, yaitu Tuhan Yesus (dengan level yang sangat lebih kecil tentunya). Inilah tahap di mana Tuhan membentuk Daud untuk makin bergantung kepada Tuhan. Dia harus mengalami ketidakadilan. Dikejar-kejar untuk dibunuh meskipun tidak melakukan kesalahan apa pun. Lari dan tidak tahu harus tinggal di mana. Bahkan mengalami ketakutan luar biasa ketika harus berlindung di tengah-tengah daerah Filistin padahal dia sudah memerangi begitu banyak orang Filistin sebelumnya. Semua ini membentuk Daud menjadi begitu agung sehingga dia dapat menjadi raja Israel, pemimpin dari dinasti kerajaan yang akan menurunkan Sang Mesias, dan menjadi gambaran kehidupan Sang Mesias yang akan digenapi oleh Tuhan Yesus lebih dari 900 tahun kemudian.

Sering kali orang Kristen menyatakan ucapan syukur kepada Tuhan karena Tuhan sudah memberikan kemudahan, kelonggaran, dan kenikmatan hidup. “Puji Tuhan karena saya tidak harus mengalami kesulitan.” “Puji Tuhan anak saya diterima di tempat terbaik tanpa ujian.” “Puji Tuhan karena saya dapat lotre.” Semua hal yang menawarkan kemudahan kita terima sebagai berkat Tuhan yang besar. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa kesulitan dan penderitaan menjadi cara Tuhan melatih Daud. Inilah cara yang Tuhan pakai untuk menempa seseorang menjadi seorang yang agung dan dipakai oleh Tuhan. John Sung pernah mengatakan bahwa Tuhan memakai enam hari untuk menciptakan langit, bumi, dan segala isinya, tetapi dia memakai puluhan tahun untuk membentuk seorang hamba Tuhan. Adakah kita menikmati kemudahan hidup? Adakah kita menikmati segala fasilitas dan kenikmatan? Itu tetap merupakan berkat dari Tuhan, tetapi berkat yang bernilai lebih kecil, bahkan dapat menjadi jerat yang membuat kehidupan kita sangat terlena. Tetapi kalau kita diizinkan Tuhan menempuh berbagai kesulitan, mendapatkan hantaman ujian bertubi-tubi, maka inilah berkat Tuhan yang besar. Inilah pembentukan yang sangat agung yang Tuhan berikan kepada orang-orang yang akan Tuhan murnikan dan pakai. Inilah cara Tuhan mempersiapkan kita untuk dipakai lebih lagi bagi kemuliaan nama Tuhan.

Dalam hal apa sajakah pembentukan Tuhan kepada Daud di dalam tahap ketiga dari hidupnya ini? (1) Tuhan membentuk Daud di dalam pelarian ini menjadi orang yang sadar bahwa dia bukan siapa-siapa. Daud tidak memiliki sindrom paranoia seperti Saul yang begitu takut takhtanya direbut orang. Daud tidak merasa perlu mempertahankan takhta karena dia tidak pernah merasa layak memperolehnya. Apa yang didapat adalah karena Tuhan beranugerah. Mengapa Daud dan Saul berbeda? Karena Tuhan melatih Daud hidup dalam pelarian selama bertahun-tahun setelah dia diurapi menjadi raja oleh Samuel. (2) Yang berikutnya, Tuhan melatih Daud untuk senantiasa bergantung kepada Tuhan. Segala kesulitan besar yang Daud alami membuat dia terjepit dan tidak punya pengharapan lain selain Tuhan. Perhatikan Mazmur-mazmur Daud. Betapa banyak yang menyatakan ketakutan dan keputusasaan tetapi tetap mempunyai pengharapan besar kepada Allah. Kepada Allah pengharapan Daud berada dan Allah tidak pernah gagal menjadi pembela Daud. Tetapi Daud harus mengalaminya di dalam berbagai-bagai situasi yang sepertinya tanpa jalan keluar. (3) Hal ketiga adalah Tuhan sedang melatih Daud untuk memperhatikan rakyat dengan lebih sungguh lagi. Karena dia pernah diperlakukan tidak adil, maka dia mempunyai kerinduan untuk membela mereka yang diperlakukan tidak adil. Dia tahu perasaan mereka. Karena dia pernah mengembara dan tidak punya tempat menetap, maka dia tahu perasaan hati orang-orang asing dan perantau yang berjuang dengan susah payah. Karena dia pernah terdesak dan terjepit, tetapi tetap beriman kepada Allah, maka dia mempunyai kuasa besar untuk meminta orang-orang yang terdesak dan terjepit untuk tetap beriman kepada Allah. Ini semua adalah bagian dari proses pembentukan seorang raja yang sejati. Betapa berbedanya dengan keadaan dunia ini. Raja dunia ini identik dengan kemewahan, kemegahan, kuasa, hormat, mulia, tetapi tidak pernah berkait dengan sengsara, penderitaan, kesulitan, korban ketidakadilan. Daud memiliki ini semua. Selain Daud, ada satu Raja Agung yang juga mengalami hal yang sama, yaitu Yesus dari Nazaret, Anak Daud. (4) Maka hal keempat mengapa Daud harus mengalami pelarian yang sangat berat ini adalah karena dia sedang menggambarkan penderitaan Kristus Yesus, Anak Allah yang akan datang untuk menderita dan mati bagi dosa manusia. Daud dikejar-kejar tanpa alasan, demikian orang-orang Israel menginginkan kematian Yesus tanpa alasan. Daud hidup di dalam pengembaraan. Yesus Kristus mengatakan bahwa Dia tidak punya tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Luk. 9:58). Daud mengalami kesulitan. Tuhan Yesus mengalami penderitaan. Daud pada akhirnya dipulihkan, tetapi Tuhan Yesus harus mengalami cambuk, mahkota duri, dan akhirnya dipaku di atas kayu salib hingga mati dengan cara yang sangat terhina sebelum bangkit dan masuk ke dalam kemuliaan-Nya. Siapakah tokoh di dalam Perjanjian Lama yang menulis banyak tentang Kristus? Daud adalah salah satunya. Dan setiap kali dia mengingat sengsaranya dan menulis Mazmur, tulisannya selalu melampaui penderitaan yang dia sendiri alami. Dia memulai dengan menulis tentang kesulitannya sendiri, tetapi setelah itu Roh Kudus membawa dia untuk menulis tentang Sang Anak Allah yang datang menjadi manusia, yang menderita sengsara bagi umat manusia. Kristologi Daud sangat menyentuh karena sering menekankan aspek salib. Aspek yang Daud sendiri rasakan dalam level yang jauh lebih kecil.

Mari kita arahkan hati untuk dibentuk oleh Tuhan. Jikalau kita dengan tekun mengikuti Tuhan dan tidak melibatkan diri dalam dosa, tetapi ternyata hidup kita dihantam dengan bertubi-tubi kesulitan, maka Tuhan sedang melatih kita untuk tetap rendah hati, untuk bergantung kepada Tuhan, dan juga untuk memahami perasaan orang lain yang mengalami apa yang kita alami. Tetapi ketika mulai ada godaan untuk mengasihani diri dan mulai merasa ragu akan kebaikan Tuhan, harap kita ingat bahwa penderitaan kita tidak seberat penderitaan Yesus Kristus. Dia pernah alami apa yang kita tidak akan pernah alami. Dia pernah alami Allah Bapa memalingkan wajah-Nya dari Dia sehingga Dia harus berseru: “Allah-Ku! Allah-Ku! Mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Pdt. Stephen Tong mengatakan Allah Bapa meninggalkan Yesus di kayu salib supaya Dia tidak lagi perlu meninggalkan kita selamanya. (JP)

1 Samuel 20:18-43