Bacaan hari ini mengisahkan tentang keunikan cara Tuhan memperkenalkan Daud sebagai seorang pemimpin perang yang sangat besar. Sampai pada detik yang dikisahkan oleh bacaan kita, Saul memegang beberapa rekor penting. Dia adalah raja pertama Israel. Dia juga adalah orang kedua setelah Yosua yang pernah mencatat kemenangan-kemenangan penting. Hanya Yosua yang menaklukkan lebih banyak bangsa daripada Saul. Tidak ada hakim Israel yang bisa menyamai apa yang Saul telah kerjakan. Tetapi menjadi jelas dalam bacaan kita bahwa segala kemenangan dan kemegahan sebagai pemimpin perang ternyata menjadi ilah bagi Saul. Saul membenci siapa pun yang berpotensi untuk mengambil kedudukannya sebagai raja Israel. Berbeda dengan Yonatan, Saul tidak peduli rencana Tuhan. Dia hanya peduli dirinya sendiri.
Dikisahkan dalam narasi bahwa para perempuan Israel memberikan pujian penyambutan bagi pulangnya para pahlawan. Pujian mereka semuanya berjalan baik kecuali bagian akhir dari nyanyian mereka yang memberikan tempat kepada Daud lebih tinggi daripada Saul. Daud membunuh berlaksa-laksa, sedangkan Saul beribu-ribu. Mengapa Saul iri? Karena dia memikirkan hanya diri sendiri. Kita kalau sering iri hati, berarti kita hanya mementingkan diri sendiri. Iri kalau orang lain lebih baik daripada kita berarti menganggap kalau yang berhak lebih baik hanyalah kita sendiri saja. Iri menjadi indikator apakah kita hanya mementingkan diri atau tidak. Saul iri karena Daud dianggap lebih hebat daripada dia. Seharusnya, dalam pikiran Saul, hanya satu yang layak dipuji, yaitu Saul seorang. Orang-orang sombong tidak sadar kalau mereka sedang memperilah diri. Saul yang sombong tidak sadar kalau dia sedang menghina Tuhan dan menganggap dirinya Allah.
Ayat 10 mengatakan bahwa roh jahat berkuasa atas Saul. Setiap orang yang mengabaikan Allah dan terus menerus melawan Dia pada akhirnya akan Tuhan serahkan untuk dipermainkan oleh roh jahat. Dan keadaan Saul yang makin rusak ini membuat dia hanya ingin membunuh Daud. Mementingkan diri. Inilah akar dari segala kejahatan manusia. Pencurian, pembunuhan, perzinaan, semua terjadi karena adanya sifat mementingkan diri. Kalau begitu alangkah celakanya kita semua! Bukankah tidak satu pun dari kita yang tidak terjangkit keberdosaan ini? Bukankah kita semua mementingkan diri sendiri saja dan mengabaikan Tuhan? Bagaimana berbalik? Satu-satunya cara adalah dengan memalingkan pandangan kepada Kristus dan belajar menaklukkan diri dan mengosongkan diri seperti Dia. Belajar untuk menghidupi hidup yang melihat Kristus adalah segalanya dan saya bukanlah siapa-siapa. Dari titik inilah akan terjadi pertobatan dari semua dosa-dosa yang disebutkan tadi. Saul begitu penuh dengan iri hati dan kebencian sehingga di dalam pikirannya hanya ada satu niat: membunuh Daud! Tetapi kita akan melihat bagaimana rencana Saul justru dipakai Tuhan untuk membuat nama Daud semakin masyhur. Apa sajakah strategi Saul untuk membunuh Daud?
1. Menancapkan Daud dengan tombak
Hal pertama yang Saul coba lakukan adalah menombak Daud. Perhatikan dalam ayat 10 dan 11 bahwa Daud sedang berada di dalam rumah bermain kecapi. Bagaimana mungkin Saul gagal membunuh Daud di dalam ruangan sedangkan Saul seharusnya sangat terlatih menggunakan tombak di medan perang? Tetapi ayat 11 mengatakan bahwa Daud mengelakkannya sampai dua kali. Ini berarti Tuhan membalikkan rencana jahat Saul untuk menyatakan bahwa Dia menyertai Daud dan telah undur dari Saul (ay. 12).
2. Mengutus Daud perang supaya dia mati di tangan Filistin
Saul makin berani menentang Tuhan dengan tetap berusaha membunuh orang yang diurapi Tuhan. Cara berikutnya yang dipakai Saul adalah mengangkat Daud menjadi pemimpin pasukan seribu dan mengutusnya berperang di tempat-tempat yang sangat sulit dan berat (ay. 13). Tetapi ayat 14 mengatakan bahwa Tuhan justru membalikkan taktik Saul untuk membunuh Daud guna membuat Daud makin terkenal karena ternyata dia berhasil menaklukkan semua musuh yang harus dihadapinya.
3. Membuat Daud melakukan lebih banyak “perang Tuhan”
Cara Saul yang berikut adalah sangat berdosa. Dia memanfaatkan nama “perang Tuhan” (ay. 17) untuk membuat Daud makin sering pergi ke medan pertempuran dengan harapan Daud terbunuh di sana. Bayangkan betapa cemarnya hati Saul dengan dosa. Dia memerintahkan Israel untuk melakukan perang demi membunuh satu orang guna mengamankan kenyamanan posisi raja yang sudah sulit dilepas olehnya. Lebih keji lagi karena Saul menyebut perang ini sebagai “perang Tuhan”. Dia tahu Daud akan lebih tergerak untuk bertarung dengan nama “perang Tuhan”. Tetapi ternyata Tuhan sungguh-sungguh membuat ini menjadi perang-Nya. Dia memberikan kemenangan mutlak kepada Daud. Rencana jahat Saul dibalikkan oleh Tuhan untuk membuat Daud makin dikagumi dan dihargai oleh seluruh Israel (ay. 16).
4. Membuat sayembara yang dapat mengakibatkan terbunuhnya Daud
Cara berikutnya yang dilakukan Saul tidak kalah kejinya. Yang pertama dia menunjukkan kalau dia sangat tidak menghargai Daud. Dia telah menjanjikan anak perempuannya menjadi istri siapa pun yang sanggup mengalahkan Goliat (1Sam. 17:25). Tetapi dia berkata kepada Daud, yang telah memenggal kepala Goliat, bahwa Daud masih harus melakukan perang Tuhan lebih banyak lagi kalau mau menikahi anaknya. Saul enggan memberikan anaknya kepada Daud karena itu berarti akan ada keterkaitan yang lebih besar antara Daud dengan keluarga kerajaan. Itu sebabnya dia memberikan Merab kepada orang lain, bukan Daud (ay. 19). Tetapi Saul tetap berusaha membuat Daud terbunuh, yaitu dengan meminta kulit khatan dari seratus orang Filistin jika Daud mau mendapatkan anak Saul yang lain, yaitu Mikhal. Mengapa pakai cara ini? Karena cara “perang Tuhan” malah membuat lebih banyak orang mau ikut berperang bersama dengan Daud. Tetapi “perang sayembara” untuk pernikahan Daud, tentu tidak banyak yang mau ikut. Tetapi lagi-lagi Tuhan menyertai Daud. Bukan seratus, melainkan dua ratus orang Filistin yang berhasil dibunuhnya, kemudian diambil kulit khatannya untuk menjadi menantu raja. Maka Tuhan memakai rencana busuk Saul ini untuk, sekali lagi, memberikan kemenangan kepada Daud sekaligus memberikan istri bagi Daud.
Tuhan membuat seluruh Israel dan Saul sendiri sadar bahwa tangan Tuhan sangat kuat menyertai dan menopang Daud (ay. 29). Tetapi kesadaran ini, anehnya, tidak membuat Saul berhenti melawan Daud. Dia tetap mau membunuh Daud. Inilah yang disebut dengan irasionalitas orang berdosa. Setiap dosa membuat manusia tidak lagi berpikir dengan beres. Kalau tangan Tuhan menyertai Daud, siapa yang bisa mengalahkan dia? Kalau begitu, mengapa tetap berusaha membunuh dia? Jika tangan Tuhan yang kuat sudah akan melengserkan Saul dan mengangkat Daud menjadi raja, mengapa berusaha melawan kehendak Tuhan yang berkuasa atas alam semesta?
Demikianlah Saul merancangkan segala yang jelek untuk Daud, tetapi Tuhan merancangkannya untuk membuat Daud populer di mata seluruh Israel. Tuhan sedang memindahkan takhta kerajaan Israel dari Saul menuju Daud. Bagaimanakah caranya Tuhan melakukan itu? Yang pertama adalah dengan pengakuan dari Yonatan bahwa takhta tidak akan turun ke putra mahkota, tetapi kepada Daud. Yang kedua adalah dengan memindahkan hati orang Israel secara perlahan-lahan kepada Daud.
Setelah membaca firman Tuhan dan membaca renungan ini, mari kita kembali menguatkan iman kita kepada Tuhan. Bukan bersandar kepada uang maupun orang berkuasa, tetapi marilah kita hanya bersandarkan kepada Allah saja. Segala hal yang terjadi di dalam sejarah tidak ada yang lebih besar dari kedaulatan Allah. Seperti dikatakan di dalam Roma 8:28 bahwa segala hal dipergunakan oleh Allah untuk menggenapi rencana-Nya. Saul boleh merancangkan hal yang jahat, tetapi Tuhan menggunakan itu untuk mengangkat Daud di mata orang Israel. (JP)