Yosafat, Raja Yehuda
Catatan pendek mengenai kehidupan raja Yosafat memberitahukan beberapa hal kepada kita. Yang pertama adalah kesalehan Yosafat yang mengikuti jejak Asa. Baik Asa maupun Yosafat menyembah Tuhan dan tidak jatuh ke dalam penyembahan berhala. Dia juga menjauhkan para pelacur bakti, yaitu pelacur yang bekerja di kuil berhala. Mereka akan melayani setiap orang yang datang berbakti di kuil tersebut sebab salah satu tindakan berbakti yang dituntut adalah berhubungan seks ketika menyembah berhala. Berhala-berhala seperti Asyera atau Anath menuntut para penyembahnya untuk berhubungan seks ketika datang ke kuil. Semua ini dihancurkan oleh Asa, dan sisa-sisa penyembahan yang masih ada dihabiskan sama sekali oleh Yosafat. Seluruh praktik penyembahan berhala yang pernah dilakukan oleh orang Kanaan adalah sangat merusak, baik dari sisi agama maupun moral. Kerusakan moral, pencarian kenikmatan, dan cara-cara hidup yang sangat tidak pantas adalah hal-hal yang dipromosikan oleh agama-agama Kanaan. Itu sebabnya Tuhan sangat membencinya. Itu sebabnya juga Tuhan membangkitkan orang-orang seperti Yosafat untuk menghancurkannya ketika tanda-tanda kehadiran agama seperti itu mulai muncul di tengah-tengah umat Tuhan sendiri. Di dalam keadaan dunia saat ini, kerusakan moral dan kebobrokan hidup menjadi begitu banyak. Hanya perlu satu surat kabar harian untuk melihat betapa banyaknya manusia yang rusak menjalani hidup yang rusak dan membuat masyarakat menjadi rusak. Kerusakan total yang ada dalam diri manusia akan makin membuat segala potensi keberdosaannya muncul jika tidak ada yang menahan. Siapakah yang dapat menahan? Seharusnya umat Tuhanlah yang menahannya. Umat Tuhan yang menunjukkan hidup yang lebih baik, menjadi suara hati nurani bagi masyarakat, dan menjadi pendoa syafaat bagi dunia ini. Saudara dan saya adalah bagian dari umat Tuhan. Biarlah kita menjalankan fungsi ini dengan setia.
Bagian selanjutnya menceritakan bahwa Tuhan memberikan kekuatan kepada Yosafat untuk menaklukkan Edom. Edom dikuasai oleh kepala-kepala yang tunduk kepada Yosafat. Ayat 49 juga mengisahkan tentang kegiatan dagang Yosafat. Segala hal ini dicatat dengan singkat. Tetapi kemudian ayat 50 mengatakan bahwa Yosafat menolak kerja sama dengan Ahazia, anak Ahab. Pada waktu Yosafat mengalami kerugian karena kapal-kapalnya pecah (ay. 49), mengapa dia menolak pertolongan Ahazia bin Ahab? Karena justru kerja sama dengan Ahazialah penyebab kegagalan itu (2Taw. 20:37. Lagi pula sebelumnya Yosafat terlalu dekat dengan Ahab. Dia menikahkan Yoram, anaknya dengan anak perempuan Ahab dan membuat iman Yoram kepada Tuhan menjadi rusak dan kehidupannya menjadi penuh dengan kekerasan. Yosafat juga pernah ikut perang dengan Ahab, sebagaimana dicatat pada bagian sebelumnya, dan menderita kekalahan di tangan orang Aram. Inilah noda dalam pemerintahan Yosafat. Dia terlalu dekat dengan raja-raja Israel yang Tuhan benci. Biarlah ini pun menjadi pengingat bagi kita semua. Satu orang yang baik belum tentu akan menghasilkan anak yang baik juga. Jika anak itu tidak diajarkan mengenai mana yang pantas dan yang tidak, dan jika anak itu tidak diajarkan takut akan Tuhan, maka tentu saja dia akan rusak. Tetapi seandainya anak itu diajarkan mengenai mana yang pantas dan yang tidak, dan jika anak itu diajarkan untuk takut akan Tuhan, tetapi pergaulannya terlalu bebas dan pengaruh paling besar yang dia hormati adalah orang lain, dan bukan orang tuanya yang saleh, maka anak ini pun akan rusak. Yosafat yang takut akan Tuhan mengizinkan anaknya menikahi anak Ahab. Ini merupakan bagian dari jalinan relasi yang mau mereka kerjakan. Tetapi relasi itu dibayar sangat mahal, yaitu kerusakan anaknya dan juga kerusakan seluruh Yehuda, karena anak itu akan menjadi raja menggantikan dia.
Ahazia, raja Israel
Bagian selanjutnya, yang merupakan bagian terakhir dari 1 Raja-raja, mengisahkan secara singkat tentang anak Ahab, yaitu Ahazia. Dia mengikuti ayahnya dan sujud menyembah berhala. Ini sangat menyakiti hati Tuhan sebab Tuhan sebenarnya tetap ingin memanggil Israel untuk kembali kepada Tuhan. Jika tidak demikian tentu Dia tidak akan mengirimkan nabi-nabi-Nya untuk Israel. Tetapi Tuhan membangkitkan Elia, Elisa, dan nabi seperti Mikha untuk terus menjadi suara Tuhan yang memanggil mereka kembali. Setelah periode Ahab bertakhta selesai, maka keturunannya diharapkan dapat membawa perubahan yang baik bagi Israel. Tetapi ternyata tidak. Usia pemerintahan Ahazia pendek, hanya dua tahun saja. Setelah itu dia mendapatkan kecelakaan yang akhirnya mengakibatkan kematiannya (2Raj. 1:2). Bagian ini, di mana Ahazia diangkat menjadi raja, lalu komentar yang mengatakan bahwa dia hidup menurut kelakuan ayah dan ibunya yang rusak, membuat kita berpikir tentang satu hal, yaitu betapa mudahnya dosa dan kecemaran menularkan pengaruhnya, tetapi betapa sulit kesalehan, ibadah yang sejati, dan takut akan Tuhan menyebarkan pengaruhnya. Yosafat mempunyai anak yang dipengaruhi kejahatan Ahab. Mengapa bukan anak Ahab yang dipengaruhi oleh iman Yosafat? Dunia yang telah jatuh ke dalam dosa akan sangat cocok menerima keberdosaan dan kefasikan. Tetapi pengaruh dari terang, kebenaran, dan takut akan Tuhan sangat sulit menembus keberdosaan dunia ini. Hanya kalau Tuhan membangkitkan orang, hanya kalau Dia beranugerah, barulah ada orang-orang yang mempertahankan hidup yang benar di hadapan Tuhan.
Dari bagian hari ini kita melihat bahwa harapan satu-satunya Israel dapat kembali kepada Tuhan adalah kaum sisa yang Tuhan nyatakan kepada Elia. Mengapa demikian? Sebab sejak Yerobeam hingga sekarang anak Ahab, seluruh raja Israel tidak ada yang dengan setia sujud menyembah Tuhan. Sangat sulit untuk mengharapkan adanya kebangunan besar yang akan mempertobatkan seluruh Kerajaan Utara ini. Itulah sebabnya Elia sangat putus asa. Tetapi Tuhan menghiburkan Elia dengan mengatakan bahwa di tengah-tengah bangsa yang sangat korup dan berdosa ini, masih ada 7.000 orang yang setia kepada Tuhan. Inilah pengharapan yang Tuhan ingin dimiliki oleh Elia. Pengharapan bahwa di tengah-tengah negara yang kacau balau karena penyembahan berhala, tetap ada kelompok remnant yang setia kepada Tuhan. Di tengah-tengah kerusakan karena raja-raja yang memberontak kepada Tuhan, tetap ada kelompok orang yang setia kepada Dia.
Biarlah ini pun menjadi pengharapan kita. Apakah yang dapat kita harapkan di tengah-tengah keadaan dunia yang makin rusak? Yang dapat kita harapkan adalah anugerah Tuhan yang tetap menopang kita dan yang tetap membangkitkan orang-orang setia, walaupun dalam jumlah sedikit. Inilah yang menjadi kekuatan dan hal yang harus terus kita doakan. Doakan bangsa ini, supaya di tengah-tengah kerusakan zaman, dari bangsa ini tetap muncul anak-anak Tuhan yang cinta Tuhan, di mana seluruh kerinduannya adalah supaya nama Tuhan ditinggikan di tengah-tengah bangsa ini. (JP)