No Progress

Devotion

No Progress

14 October 2024

Sepanjang hidup kita pasti sering mengalami banyak masalah dan krisis. Ketika umur terus bertambah dan masalah bertambah, kita pasti pernah terpikir, “Duh hidup gini-gini aja. Gak ada progress. Masih sama aja dari yang dulu.” Kita merasa stuck, tidak berkembang, dan tidak berubah lebih baik. Kita pikir tambah tahun, tambah hikmat dan kekuatan, maka hidup pun akan makin baik. Kita pikir kalau sekolah lebih tinggi, hidup lebih berkembang. Kalau mendapat pasangan, hidup pasti lebih mudah. Ya, memang sampai waktu tertentu kita bisa berkembang karena pasangan kita. Tetapi itu tidak selamanya. Kita ingin terus-menerus bertumbuh dan makin baik, sampai kita susah menerima fakta kalau tubuh ini bisa sakit, gak berkembang lagi, atau bahkan sedang menuju kematian. Sejujurnya, makin tua kita merasa makin stuck dalam semua hal di hidup ini, stuck pada proses kematian. Kita tidak mampu lepas darinya.
Kita bisa merasa stuck karena memang Tuhan tidak menciptakan manusia untuk berhenti bertumbuh atau tidak berkembang. Tuhan menciptakan kita sebagai gambar dan rupa Allah yang membawa mandat Allah untuk dunia ini terus dikembangkan (Kej. 1:28). Ini artinya hidup kita adalah untuk mewujudkan tujuan Allah dalam dunia ini dan di sinilah kita berkembang. Sejak awal, Tuhan menciptakan kita dengan template untuk terus maju menjalankan mandat Tuhan dan kita bersukacita melakukannya.
Tetapi sejak kita jatuh dalam dosa, keinginan maju bukan lagi untuk menjalankan mandat Tuhan tetapi mandat diri atau mandat SAYA. Kita melihat kemajuan hidup sebagai pertambahan nilai diri yang materialistik. Jabatan saya naik, gaji saya bertambah, kuasa saya makin besar, itulah tanda kita makin maju. Kita jarang kagum atau mengidolakan pendeta atau orang-orang yang sekuat tenaga melayani karena mereka mencintai Tuhan dan bukan mencintai uang. Akhirnya, kita kehilangan makna kemajuan yang sesungguhnya sebagai manusia. Inilah problem yang kita tidak berani bongkar. Problem memilih antara tujuan Allah atau tujuan diri yang akhirnya membuat kita stuck dan gak ke mana-mana. Waktu mau ikut Allah, kita rasa itu bukan hal yang cocok dan menyenangkan untuk hidup kita. Waktu kita hidup untuk diri dengan “kerja biar kaya” dan “sekolah biar keren”, tetapi lama kelamaan kita sadar itu tidak ada artinya. Kita semua akan mati dan kekayaan atau gelar tidak akan kita bermakna dalam penghakiman Allah. Inilah arti istilah “harta nggak dibawa mati”.
Maka, untuk lepas dari rasa stuck adalah pertama dengan menyadari bahwa hidup ini untuk menjalankan mandat Allah. Apa yang menjadi kehendak Allah, apa yang Allah suka dan inginkan, itulah yang menjadi tujuan dan kesuksesan hidup saya. Nilai kemajuan dan keberhasilan hidup bukan pada jabatan, harta, kemampuan, intelektualitas, pasangan, atau property apa pun yang saya punya tetapi ada pada kesungguhan hati dan hidup yang mau melayani Tuhan. Kesadaran mau rendah hati dan percaya bahwa hidup ini adalah milik dan untuk Tuhan. Semua inilah membawa kepada kepuasan dan tidak lagi terasa kosong, tersesat, ataupun terhilang dalam perjuangan hidup. Sukacita menggenapkan mandat Allah merupakan realitas keberadaan kita sinkron dengan Allah, keberadan kita sebagai gambar dan rupa Allah. Hal inilah memberikan kegairahan hidup dan mematikan kekosongan dan kebosanan dalam hidup.
Kedua, mari kita memulai kembali membangun hidup yang makin baik berdasarkan firman Tuhan dan melibatkan diri dalam kesempatan pelayanan gereja yang Tuhan berikan. Mari kita percaya bahwa dalam setiap ketidakmampuan dan keterbatasan kita, Allah akan memberikan pertolongan dan anugerah yang cukup untuk menopang kita. DEngan demikian, kita tahu bahwa kita tidak pernah berjuang sendiri. Ada Tuhan Pencipta langit dan bumi dan Yang Mahakuasa sedang memimpin kita, menyertai kita, mempertumbuhkan kita melalui firman dan gereja-Nya. Jadi, mari kita stuck dan maju di dalam Tuhan agar tidak pernah lagi stuck dalam kekosongan hidup. (DKS)