Kita sering menganggap dunia ini baik-baik saja. Semua berjalan fine-fine aja dan tidak ada masalah. Kita melihat bahwa dunia makin berkembang, fasilitas kesehatan yang makin bagus, dan lain sebagainya, maka dunia ini baik-baik saja, bahkan makin baik adanya. Kita juga berpikir bahwa diri kita juga baik-baik saja. Kita sering berpikir “Makin kaya makin oke kan? makin pintar kan makin oke? gak pelayanan karena sibuk kerja kan oke, toh sama-sama memuliakan Tuhan kok. Ya gapapa toh, semua orang juga begitu.” Kita pikir semua ini oke dan baik-baik saja.
Tetapi sebaliknya Alkitab berkata dunia sedang hancur dalam kejatuhan yang tidak terbayangkan akibat dosa. Dosa yang masuk ke dalam dunia membuat maut (atau kehancuran) menjalar kepada semua orang (Rm. 5 :12). Dosa membuat kita gampang sekali menghancurkan kebiasaan baik dan saleh sebagai anak Tuhan, dan menjadikan kita memiliki kebiasaan yang lebih mirip anak setan. Dalam menjalankan hidup, motivasi kita bukan hidup untuk Tuhan, tetapi hidup bagi kesenangan diri, uang, jabatan, kemuliaan diri, dan yang membuat kita memiliki motivasi hidup seperti anak setan. Waktu mencari pekerjaan, kita tidak lagi memikirkan panggilan Tuhan, tetapi lebih memikirkan panggilan “uang”. Waktu mencari pasangan hidup, kita tidak lagi memikirkan pasangan yang berkenan di hati Tuhan dan yang memajukan kita melayani bersama di gereja Tuhan, tetapi lebih mencari pasangan yang “oke” berdasarkan kriteria versi kita. Waktu melayani, kita tidak lagi berpikir dan bergumul bagaimana orang bisa melihat Tuhan, tetapi lebih memikirkan bagaimana orang lain melihat saya, pakaian saya, atau wajah saya. Sejujurnya kita lebih mirip anak setan dengan label atau tempelan “Kristen”.
Kita tahu apa yang benar, apa yang seharusnya dilakukan atau dihidupi sebagai orang Kristen, tetapi kita tidak mau, berani, dan rela untuk menjalankan hidup kekristenan yang sungguh-sungguh. Cita-cita ingin menjadi berkat bagi dunia ini? Sering kali hanya menjadi angan-angan atau slogan belaka, karena sesungguhnya tidak ada Tuhan dalam setiap keputusan kita. Keputusan kita hanya menunjukkan maunya saya dan bukan maunya Tuhan. Inilah bukti kejatuhan kita melawan Allah.
Kejatuhan ini seharusnya menyadarkan kita untuk berpikir apakah saya benar-benar anak Tuhan. Kejatuhan ini seharusnya menyadarkan kita bahwa Kristus sudah mati bagi dosa-dosa kita. Dia datang menjadi teladan bagi kita. Maka saya harus bertobat, berhenti, dan berubah arah hidup dari “untuk saya” menjadi “untuk Tuhan”. Saya harus berhenti dari cinta uang, diri, jabatan, mencari kemuliaan diri, menjadi hidup untuk panggilan, rencana Tuhan dalam gereja-Nya. Saya mau memulai kembali hidup yang benar dengan menempatkan semua pertimbangan dan pilihan hidup dalam dasar firman Tuhan. Hidup dengan meneladani Tuhan Yesus Kristus, yang turun dan datang bukan agar Diri-Nya dilayani dunia, tetapi untuk melayani dunia. Dia datang dengan hati-Nya taat sepenuhnya untuk menjalankan seluruh kehendak Bapa. Dia tidak memandang muka, dan rela disalib demi orang berdosa. Kristus tidak pernah lelah dan lengah dalam peperangan melawan Iblis, karena itulah kehendak Bapa.
Mari kita sadar bahwa panggilan kita bukan untuk mewujudkan rencana diri, tetapi menjalankan rencana Allah Bapa di dalam gereja-Nya. Kita sadar bahwa ada Roh Kudus yang memampukan kita untuk mengarahkan mata kita kepada Kristus, mengerti panggilan dari Allah Bapa, dan menjalankannya dengan nyata di tengah-tengah dunia lewat gereja Tuhan. Kita sadar bahwa ada Kristus yang sudah taat menjalankan kehendak Bapa melalui semua penderitaan di dunia. Hanya dengan pertobatan yang sejati, kita benar-benar tahu bagaimana berperang melawan diri di tengah-tengah dunia. Kiranya Allah Tritunggal menolong dan beserta dengan kita di dalam peperangan sengit ini. (DB)