The Knowledge of God Starts From the Fear of the LORD

Christian Life

The Knowledge of God Starts From the Fear of the LORD

17 February 2025

Bagaimana kita dapat mengenal Allah dengan benar? Sebelum menjawab pertanyaan ini, mari kita coba menjawab, bagaimana kita bisa mengenal seseorang? Kalau kita melihat ada orang yang makan ayam goreng setiap hari, kita mungkin berpikir bahwa ayam goreng adalah makanan favoritnya. Benarkah? Mungkin saja, tetapi kita tidak tahu secara pasti. Untuk tahu secara pasti, kita harus bertanya kepadanya dan dia harus menjawab kita dengan jujur dan benar.

Analogi ini menggambarkan bagaimana manusia dapat mengenal Allah secara benar, yaitu jika Allah sendiri yang menyatakan diri-Nya kepada kita. Inilah yang disebut sebagai wahyu. Wahyu tidak hanya mencakup pernyataan verbal Allah. Lebih komprehensifnya, wahyu berbicara mengenai seluruh realitas ciptaan. Dengan kata lain, seluruh ciptaan adalah wahyu Allah (creation is revelational). Seluruh ciptaan menyatakan Allah. Ciptaan bukan hanya menyangkut hal-hal fisik yang kelihatan saja, seperti binatang, tumbuhan, atau gunung, tetapi ciptaan mencakup hal-hal yang bahkan kita anggap sebagai abstrak, misalnya waktu, logika, hukum matematika, dll. Seluruh tatanan ciptaan, baik yang kelihatan ataupun yang tidak adalah wahyu Allah. Pada artikel ini kita tidak akan membahas konsep wahyu dengan detail karena ini akan dibahas lebih lengkap pada kesempatan yang lain. Artikel ini mau menekankan bahwa tanpa Allah yang mewahyukan diri-Nya, tidak mungkin kita dapat mengenal Dia dengan benar. Dengan kata lain, pengenalan akan Allah yang sejati tidak dimulai dari diri–pemikiran otonom–kita, melainkan dari Allah yang menyatakan diri-Nya kepada kita.

Secara sederhana, Allah menyatakan diri-Nya melalui dua jenis wahyu, yaitu wahyu umum (alam semesta dan segala isinya) dan wahyu khusus (Alkitab dan hati yang sudah diterangi oleh Roh Kudus). Perhatikan di sini bahwa wahyu umum berbicara mengenai seluruh alam semesta, termasuk diri kita sendiri yang adalah bagian dari alam semesta. Maka, kita sebenarnya selalu hidup dan bergerak di dalam atmosfer wahyu. Ini berarti Allah terus menyatakan diri-Nya kepada kita setiap saat. Ketika kita melihat diri kita, kita dapat mengenal Allah. Ketika kita melihat alam, kita juga dapat mengenal Allah. Terlebih lagi, ketika kita membaca Alkitab, kita dapat mengenal Allah.

Namun, mengapa ketika melihat alam ada orang yang berespons, “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya,” sedangkan ada orang lain yang justru berespons, “Alam semesta itu ada dengan sendirinya melalui proses Big Bang, Allah tidak perlu ada.” Mengapa ada orang yang setelah membaca Alkitab malah makin menghina Kristus dan malah menghasilkan theologi bidat? Mengapa ketika kita sama-sama berhadapan dengan wahyu Allah, baik itu wahyu umum atau wahyu khusus, interpretasi dan responsnya bisa 180o berbeda?

Kita harus sadar bahwa kita hidup dalam realitas kejatuhan dalam dosa, sehingga seluruh rasio kita sudah tercemar oleh dosa. Dengan demikian, interpretasi kita terhadap wahyu Allah tentu bisa, bahkan sangat bisa, salah. Oleh sebab itu, kita harus senantiasa meminta  pertolongan Roh Kudus untuk menerangi hati dan pikiran kita. Ini harus dimulai dari kerendahan hati dan takut akan Allah (Ams. 1:7).

Singkatnya, kita tentu dapat mengenal Allah karena Dia terus menyatakan diri-Nya kepada kita setiap saat. Namun, wahyu ini sering kita salah tafsir karena dosa. Ini sebabnya, kita harus meminta kerendahan hati dan pertolongan dari Roh Kudus agar kita dapat menginterpretasi wahyu-Nya secara benar. Inilah titik permulaan pengenalan akan Allah yang sejati. “To understand God, we must stand under God” (Pdt. Stephen Tong). (SI)