Kita sering merasa sudah menjadi orang Kristen yang setia. Kita hidup sebagai orang Kristen bertahun-tahun lamanya. Kita berpikir dengan kita sudah melakukan semua disiplin rohani dan menjalankan semua perintah Tuhan, maka iman kita tidak akan berubah. Kita juga sering salah memahami makna dari umat pilihan. Kita berpikir umat pilihan sudah pasti diselamatkan Allah dan Allah yang akan memelihara iman kita. Pemikiran tersebut tidak salah, tetapi respons kita terhadap pengetahuan tersebut yang sering salah. Kita sering meresponnya dengan hidup tidak berjaga-jaga. Kita menjalani hidup tanpa kesadaran akan ancaman kejatuhan dalam dosa. Kita merasa diri dalam kerohanian yang baik dan tidak akan mengkhianati Allah.
Kita yang sudah lama menjadi orang Kristen sering kali jatuh dalam dosa kesombongan. Kita merasa diri kita baik-baik saja, kita sudah cukup menjalankan perintah Tuhan. Kita tidak melakukan hal amoral. Oleh karena itu, kita bisa memiliki kepercayaan diri untuk setia mengikuti Tuhan. Tetapi kenyataannya berbeda ketika kita menghadapi kesulitan atau tantangan. Kita sangat mudah toleransi terhadap dosa ketika ada kesulitan di hadapan kita. Segala pengetahuan akan Allah yang kita miliki dapat kita gunakan untuk membenarkan pilihan kita yang salah. Kita bisa membela perbuatan kita yang sebenarnya tidak sesuai kebenaran Allah. Tanpa kita sadari, kita sudah berdosa kepada Allah.
Mari kita melihat kisah Petrus. Ia adalah murid Tuhan Yesus yang setia. Tetapi Petrus pernah jatuh di dalam dosa ketika dia merasa sangat percaya diri untuk selalu ikut Tuhan Yesus. Kita pasti percaya bahwa kerohanian Petrus sangat baik, tetapi di tengah kondisi tersebut Petrus lengah dan jatuh dalam dosa penyangkalan Tuhan Yesus. Dia mengabaikan peringatan yang Tuhan Yesus berikan. Orang sekelas Petrus pun masih bisa jatuh ke dalam dosa, apalagi orang seperti kita.
Marilah kita menyadari betapa lemahnya daging kita. Kita harus mengingat bahwa selama hidup di dunia, kita masih mungkin berbuat dosa. Dengan kesadaran itu kita harus senantiasa berjaga-jaga. Jangan berikan celah untuk kita tenang dan merasa kita pasti bisa setia ikut Tuhan. Tetapi hal ini jangan membuat kita menjadi terlalu pesimis. Kita harus berada dalam kondisi seimbang, pesimis melihat diri yang sangat lemah, namun berpengharapan kepada Allah yang setia. Ia yang akan memulihkan dan memelihara iman kita. Sebagaimana Allah yang menolong Petrus hidup setia sampai mati, Allah juga yang akan menolong kita dapat setia mengikuti-Nya. Biarlah kepercayaan itu ternyatakan dengan ketekunan di dalam melakukan kehendak Allah di dalam setiap inci kehidupan kita. (RP)