Bertekun dalam Doa

Devotion

Bertekun dalam Doa

31 May 2021

Bacaan: Kolose 4:2

Adalah fakta yang menarik untuk melihat seberapa besar porsi yang Alkitab berikan untuk topik “doa”, baik dalam memberikan perintah, contoh, cara, atau janji-janji yang ada di dalam doa. Kita jarang membaca Alkitab tanpa membaca, “Orang-orang mulai memanggil nama Allah” dan ketika kita selesai, kata “Amin” dari permohonan yang sungguh-sungguh melintasi pembacaan kita. Teriakan minta tolong, tangisan, pengakuan dosa, permohonan pengampunan membanjiri doa-doa dalam Kitab Mazmur.

Contoh doa pun berlimpah. Yakub yang bergulat, Daniel yang berdoa tiga kali sehari, dan Daud yang dengan sepenuh hati memanggil Allahnya, merupakan contoh-contoh pergumulan umat Allah di dalam doa mereka. Di dalam istana kita menemukan Nehemia dan Ester; di atas gunung kita menemukan Elia; di dalam penjara bawah tanah kita menemukan Paulus dan Silas; di tengah taman kita menemukan Tuhan Yesus. Apakah yang diajarkan hal-hal ini kepada kita, selain betapa pentingnya dan perlunya doa? Kita dapat meyakini bahwa apa pun yang Allah tekankan dalam firman-Nya, Ia menginginkan hal itu mencolok dalam kehidupan kita. Jika Ia berbicara banyak mengenai doa, itu karena Ia tahu bahwa kita sangat memerlukan doa. Namun kita yang berdosa justru tidak sejalan dengan pemikiran Allah, kita tidak merasa kita sangat memerlukan doa.

Apakah kita sudah sedemikian cukup dalam segala hal sehingga kita merasa tidak memerlukan apa pun lagi? Kita sangat perlu takut kalau kita tidak mengetahui kemiskinan kita. Apakah kita tidak memerlukan belas kasihan dari Allah? Kiranya belas kasihan Allah menunjukkan betapa melaratnya kita! Charles Spurgeon berkata, “Jiwa yang tidak berdoa adalah jiwa yang tanpa Kristus. Doa adalah bisikan dari orang percaya yang masih bayi, teriakan orang percaya yang sedang bertempur, dan permintaan orang suci yang sekarat yang tertidur di dalam Yesus. Doa adalah napas, semboyan, penghiburan, kekuatan, dan kehormatan seorang Kristen.”

Jika kita adalah anak-anak Allah, kita akan rindu mencari wajah Bapa kita di sorga dan tinggal di dalam kasih-Nya. Mari berdoa agar kita menjadi kudus, rendah hati, bersemangat, dan tekun dalam berdoa; memiliki persekutuan yang makin dekat dengan Kristus dan lebih sering masuk dalam ruang perjumpaan dengan-Nya. Mari berdoa agar kehidupan doa kita dapat menjadi teladan dan berkat bagi orang lain. Mari jadikan “Bertekun dalam Doa” sebagai motto terpenting hidup kita. (MR)