Emosian Salah?

Devotion

Emosian Salah?

8 April 2024

Bacaan: Matius 21:12-16, Yohanes 2:13-17

Pernahkah kita mendengarkan orang atau teman kita berkata: “Kamu kok emosian banget sih?” atau “Kamu kok marah-marah sih?”. Mungkin kita sering mendengarkan perkataan-perkataan ini diucapkan kepada kita di saat kita sedang marah akan suatu hal dan mungkin juga perkataan ini menjadi alasan kita untuk tidak marah-marah. Apakah kalimat yang dikatakan teman-teman kita ini benar? Mungkin kita menjadi takut saat kalimat ini ditujukan kepada kita. Apakah kita menjadi kurang dewasa ketika kita emosian? Apakah yang dikatakan Alkitab mengenai emosi marah ini?

Di Matius 21:12-16 dan Yohanes 2:13-17 tertulis bahwa Yesus mengusir orang-orang yang berjualan di Bait Allah. Yesus membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati. Secara sekilas, apa salahnya orang-orang berjualan di bait suci? Bukankah menjual kambing domba, lembu, dan merpati sebagai korban bakaran kepada Allah itu hal yang baik? Yesus tidak mungkin salah bukan? Kenapa Yesus melakukan hal demikian? Karena tertulis bahwa pedagang-pedagang itu menjadikan Bait Allah menjadi sarang penyamun. Di mana mereka mengambil untung dari penjualan mereka untuk diri mereka sendiri. Bait Allah yang suci yang seharusnya dijadikan tempat ibadah manusia kepada Allah dinodai dengan keinginan mereka yang tidak suci dan egois. Tuhan Yesus berhak marah karena emosi yang dilampirkan Yesus kepada mereka merupakan emosi yang suci. Emosi yang seharusnya dikeluarkan dan diekspresikan karena merefleksikan emosi dan isi hati Allah Bapa.

Bagaimana dengan kita? Kita yang adalah ciptaan dan merupakan gambar dan rupa Allah seharusnya merefleksikan Allah di dalam kehidupan kita. Begitu juga dengan emosi kita. Emosi kita seharusnya merefleksikan apa yang dirasakan oleh Allah. Emosi kita tidak boleh menjadi emosi yang berfokus kepada diri kita. Kita sering kali merasa emosi di saat diri kita sendiri dirugikan tetapi kita tidak merasakan apa-apa saat Tuhan dirugikan. Emosi yang suci adalah emosi yang merefleksikan emosi Allah sebagaimana Yesus mewakili Allah mengusir pedagang-pedagang di Bait Allah yang mengambil keuntungan untuk diri mereka sendiri. Mari belajar sinkron dengan emosi Allah, sesuai dengan perasaan Bapa di surga, demikianlah kita seharusnya hidup sebagai gambar Allah.