Krisis!

Christian Life

Krisis!

12 April 2021

Kita semua pasti setuju bahwa tahun 2020 adalah tahun krisis. Krisis di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki beberapa arti: (1) keadaan yang berbahaya (dalam menderita sakit); parah sekali; (2) keadaan yang genting; kemelut; (3) keadaan suram (tentang ekonomi, moral, dan sebagainya). Pandemi COVID-19 sanggup membuat tiga arti tersebut terjadi secara bersamaan di seluruh dunia; krisis (sekarat) pasien yang terkena COVID-19 sehingga mengakibatkan banyak kematian, krisis karena keadaan yang tidak menentu kapan pandemi ini akan berakhir, krisis karena ekonomi pun hancur, kehidupan politik jumpalitan, bahkan kehidupan beribadah pun menjadi kacau. Tertatih-tatih kita melewati bulan demi bulan hingga menutup akhir tahun 2020 karena pandemi COVID-19 tersebut. Kita benar-benar sadar akan krisis ini dan kita pun ikut serta di dalam krisis tersebut, berusaha bagaimana bisa melewati krisis tersebut. Tidak dapat disangkal pandemi COVID-19 telah membuat krisis di dalam berbagai aspek sosial, ekonomi, politik, bahkan agama, serta membuat perubahan besar-besaran di dalam gaya dan pola hidup kita sehari-hari. Dengan kesadaran akan krisis tersebut membuat kita cukup berhati-hati di dalam menjalani hidup kita agar penyakit COVID-19 tersebut tidak mengenai kita. Kita rela untuk tidak jalan-jalan ke mal yang menjadi kebiasaan kita. Kita rela untuk tidak keluar makan di restoran. Kita rela membatasi pergerakan kita, bahkan income pun kita rela (dengan terpaksa) lepaskan sebagian demi tidak tertular COVID-19. Apa pun yang kita lakukan di masa pandemi ini, kita lakukan untuk menjaga diri kita supaya tidak tertular virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19 tersebut.

Jikalau COVID-19 sanggup membuat kita sadar akan krisis hidup ini dan melakukan segala cara untuk meminimalkan dan kalau perlu menghapus krisis ini, pertanyaannya adalah, apakah kita juga sanggup sadar akan krisis hidup kita karena dosa? Jikalau kita sadar COVID-19 akan membawa kematian bagi orang yang tertular penyakit tersebut, apakah kita memiliki kesadaran bahwa dosa bukan hanya membawa kematian fisik tetapi kematian kekal selamanya di bawah penghakiman Allah? Jikalau COVID-19 sanggup membuat kita mengubah pola dan gaya hidup kita, apakah kesadaran akan dosa membuat kita sanggup bertobat dan tidak lagi suka berbuat dosa?

Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. (1Yoh. 2:1)

Memasuki tahun 2021, marilah kita bertobat dengan sungguh-sungguh, dan hanya di dalam iman kepada Yesus Kristus Sang Penebus manusia barulah kita sanggup melakukan perubahan total dalam hidup kita untuk tidak lagi suka berbuat dosa. Sadarkah akan krisis hidup kita sesungguhnya dan maukah kita sungguh-sungguh menyelesaikannya? (DS)