Kusta

Christian Life

Kusta

1 February 2016

Kusta…. Ketika kita mendengar kata ini, tentu terbayang oleh kita suatu penyakit yang menjijikkan, seperti bayangan akan jari-jari buntung yang ujungnya masih berwarna merah dengan darah yang menetes dari ujung jari yang buntung tersebut. Belum lagi borok di sana-sini dari anggota tubuh sang penderita. Terbayang menjijikkan bukan? Apakah yang digambarkan atau dikisahkan oleh Alkitab tentang kusta (atau lepra atau morbus hansen) ini?

Kusta adalah penyakit yang di dalam Alkitab dinyatakan dalam bahasa Ibrani: “tsara’at” dan bahasa Yunani: “lepra”. Kusta di dalam Alkitab digambarkan sebagai orang yang disiksa oleh bintil-bintil kehijau-hijauan atau kemerah-merahan.1 Di dalam Alkitab penyakit kusta bukan dilihat semata-mata sebagai sebuah persoalan medis melainkan sebuah persoalan teologis, di mana kusta seringkali diberikan sebagai hukuman terhadap dosa tertentu.2 Di kalangan orang Ibrani, penyakit ini dianggap najis dan berbahaya, karena dapat menular. Oleh karenanya seorang penderita kusta harus diasingkan dari masyarakat.3 Penyakit kusta dapat menjangkiti bagian manapun dari tubuh manusia. Penyakit ini dapat muncul di dahi, janggut, kepala, tangan, bahkan menyebar hingga ke seluruh bagian tubuh.

Mari kita mulai melihat bagaimana penyakit kusta dianggap sebagai akibat langsung dari hukuman Tuhan kepada orang-orang tertentu. Hal ini banyak sekali dicatat di dalam Perjanjian Lama. Kasus Miryam, sebagai yang pertama. Ia dihukum oleh Tuhan dengan penyakit kusta karena mengatai dan iri hati terhadap Musa.4 Badan Miryam putih seperti salju, ketika Harun berpaling kepada Miryam, maka dilihatnya bahwa dia telah terjangkit kusta.

Kisah kedua adalah kisah Gehazi (bujang dari Elisa) yang dihukum dengan penyakit kusta karena meminta pemberian dari Naaman yang sebelumnya sudah ditolak oleh Elisa.5 Penyakit kusta yang ada pada Naaman dipindahkan Tuhan kepada Gehazi dan kepada anak cucunya untuk selama-lamanya. Seluruh badan Gehazi terkena kusta, seluruh badannya menjadi putih seperti salju.

Kisah ketiga adalah kisah Raja Uzia.6 Tuhan menimpakan tulah kepada Raja Uzia karena setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati dan berubah setia kepada Allah. Raja Hizkia menderita kusta di dahinya sampai kepada hari matinya.

Peristiwa-peristiwa di atas membuat orang Yahudi beranggapan bahwa penyakit kusta adalah penyakit dari Tuhan. Penyakit ini pada masa itu adalah penyakit yang sangat mengerikan dan membuat pengidapnya sangat menderita baik secara fisik maupun psikis. Sering dikatakan bahwa orang yang mengidap penyakit kusta pada waktu itu menderita secara hebat. Bukan saja karena penyakit itu sering lambat laun merusak tubuh mereka, melainkan juga karena mereka dibuang dari masyarakat. Pada masa itu, penyakit ini belum ada obatnya. Sehingga hanya Allah saja yang bisa menyembuhkan penyakit tersebut secara ajaib.

Di dalam Perjanjian Baru juga dimuat kisah mengenai orang yang menderita penyakit kusta. Ketika Yesus turun dari bukit setelah selesai mengajar, datanglah seseorang yang berpenyakit kusta kepada-Nya untuk meminta belas kasihan daripada-Nya. Pada masa itu, Orang Yahudi tetap menganggap penyakit kusta sebagai satu-satunya penyakit yang tidak bisa disembuhkan dengan pengobatan manusia. Hanya Tuhan yang bisa menyembuhkannya. Maka penderita kusta ini beriman dan sangat percaya bahwa Tuhan Yesus bukan hanya sekadar manusia biasa, melainkan ia adalah Allah yang mampu menyembuhkan penyakitnya. Tuhan Yesus lalu mengulurkan tangannya dan menjamah orang itu, maka tahirlah ia.

Apakah implikasi dari simbol penyakit kusta yang dipakai di dalam Alkitab? Kusta menjadi lambang akan dosa pada manusia yang tidak bisa disembuhkan oleh siapa pun kecuali Allah sendiri. Dosa harusnya dilihat sebagai suatu hal yang sangat menjijikkan, yang harus dibuang, yang diasingkan. Dosa harusnya membuat manusia sadar untuk tidak ingin berpapasan atau menjadi bagian di dalamnya. Kisah kusta di dalam Alkitab ini menggambarkan bagaimana manusia yang sudah berdosa tidak mungkin lagi bisa melepaskan dirinya dari dosa – sampai ia mati; bahkan tabib yang hebat pun tidak sanggup membebaskannya, kecuali Allah sendiri berbelas kasihan.

Bagaimana dengan kita? Bagaimana cara kita memandang dosa? Inginkah kita melepaskan diri dari dosa yang menjijikkan itu? Marilah datang kepada Sang Anak Allah itu, Yesus Kristus. Dialah Allah yang berinkarnasi menjadi manusia yang datang untuk membebaskan manusia dari dosa, menyelamatkan manusia dari kematian kekal akibat dosa. Hanya melalui Yesus Kristus, Sang Juruselamat, kita boleh dimerdekakan dari ikatan dan perbudakan dosa. Mari hidup merdeka dari dosa bersama dengan Kristus. [DS]

Sumber:

  • http://pelangikasihministry2.blogspot.co.id/2012/04/by.html
  • http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=kusta
  • http://www.sarapanpagi.org/kusta-vt7043.html
  • http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=Penyakit Kusta

1 Imamat 13: 49
2 Bilangan 12: 9 – 10 dan II Tawarikh 26: 19
3 Keluaran 13 & 14 dan Lukas 18: 12 – 19
4 Bilangan 12: 1 – 2 dan 9 – 10
5 II Raja-raja 5
6 II Tawarikh 26