Lamekh dan Kehidupan Berkeluarga

Christian Life

Lamekh dan Kehidupan Berkeluarga

29 September 2016

Di dalam Alkitab ada dua orang yang sama-sama bernama Lamekh, yaitu Lamekh yang dikisahkan di dalam Kejadian 4: 18-24 dan Lamekh yang dikisahkan di dalam Kejadian 5: 25-31. Lamekh yang terakhir ini dikutip di dalam 1 Tawarikh 1:3 dan Lukas 3:36 sebagai nenek moyangnya Yesus Kristus; Tuhan dan Juru Selamat umat manusia. Kakek dari Lamekh ini adalah Henokh, seorang yang dicatat dalam Alkitab telah diangkat ke surga oleh Allah karena kesalehannya berjalan bersama dengan Allah seumur hidupnya. Selain itu, anak dari Lamekh ini adalah Nuh, seorang yang kita kenal sebagai orang yang diperintahkan Tuhan untuk membuat bahtera yang besar.

Kali ini kita tidak membahas tentang Lamekh yang terakhir, tetapi mari kita melihat kisah Lamekh yang pertama, dan kita akan fokus membahas tentang kehidupan seksualitasnya. Dari Kitab Kejadian 4, kita tahu bahwa Kain memperanakkan Henokh (ini bukan Henokh yang diangkat ke surga), Henokh memperanakkan Irad, Irad memperanakkan Mehuyael, Mehuyael memperanakkan Metusael, lalu Metusael memperanakkan Lamekh. Lamekh kemudian mengambil isteri dua orang; yang satu namanya Ada, yang lain Zila. Ada melahirkan Yabal yang merupakan bapa orang yang diam dalam kemah dan memelihara ternak. Nama adik Yabal adalah Yubal, yang merupakan bapa semua orang yang memainkan kecapi dan suling. Zila juga melahirkan anak, yakni Tubal-Kain, yang merupakan bapa semua tukang tembaga dan tukang besi. Adik perempuan Tubal-Kain bernama Naama.

Apa yang bisa kita lihat dari kehidupan seksualitas Lamekh ini?
Pertama, Lamekh merupakan orang pertama yang dicatat di dalam Alkitab yang melakukan poligami. Meskipun Allah menoleransi apa yang dilakukan oleh Lamekh, tetapi ini tidak menunjukkan bahwa Allah menyetujui apa yang dilakukan oleh Lamekh. Di dalam Kejadian 2 jelas kita tahu bahwa Allah hanya memberikan satu istri untuk Adam. Apa yang dilakukan Lamekh setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa ini menunjukkan bahwa manusia melakukan apa yang dia mau lakukan tanpa melibatkan Allah di dalam keputusannya.

Perhatikan ayat 16, di mana dikatakan: “Lalu Kain pergi dari hadapan Tuhan …” Penyataan ini menunjukkan Kain dan kemudian seluruh keturunannya menjalani kehidupan mereka “pergi dari hadapan Tuhan”. Ini jugalah yang dilakukan oleh Lamekh.

Kedua, perhatikan nama kedua istri Lamekh dan anak perempuannya. Nama ketiga wanita tersebut menunjukkan penekanan akan sensualitas dari Lamekh. Nama-nama di dalam budaya Ibrani mempunyai makna tertentu; demikian juga nama ketiga wanita ini. Ada berarti “perhiasan” atau “yang cantik”; Zila berarti “dinaungi” (mungkin dari rambutnya), atau “bunyi gemerincing” (mungkin dari bunyi suaranya). Nama anaknya, Naama, berarti “elok”. Bila diperhatikan dari arti nama-nama tersebut, maka ini menunjukkan penekanan akan nafsu kedagingan, segala sesuatu yang nampak dari luar seperti kecantikan maupun sensualitas, dan bukan berdasarkan karakter; sesuatu yang dari dalam.

Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari kisah Lamekh ini?
Pertama, orang yang hidup jauh dari Tuhan adalah orang yang tidak menghargai kehidupan seksualitasnya sebagai satu bagian dari hidup yang Tuhan berikan yang bersifat pribadi dan suci. Sejak awal manusia diciptakan dikatakan bahwa seorang laki-laki akan meninggalkan ayah ibunya dan bersatu dengan istrinya. Satu istri, bukan dua, bukan tiga, bukan banyak. Relasi suami dengan satu istri ini melambangkan relasi yang eksklusif dan yang tidak terbagi. Hal ini diberikan Tuhan untuk menggambarkan kekudusan-Nya, kekudusan relasi dengan-Nya, dan kekudusan hidup umat-Nya.

Kedua, orang yang hidup jauh dari Tuhan memiliki orientasi dalam seksualitas yang berbeda; penekanannya hanyalah pada aspek luar dan bukan sesuatu yang dari dalam. Berbahagialah mereka yang hidupnya dekat dengan Allah. Seorang laki-laki yang memiliki hidup yang dekat dengan Allah akan mencari pasangan hidupnya bukan berdasarkan sekadar dari penampilan fisik si perempuan saja tetapi yang diutamakan adalah bagaimana karakter dari perempuan tersebut; bagaimana kehidupannya di hadapan Tuhan. Amsal 31:11 menuliskan, “Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi istri yang takut akan TUHAN dipuji-puji.”

Demikian juga seorang perempuan, ketika ia mencari pasangan hidupnya, yang ia utamakan bukanlah kejantanan fisik si lelaki tersebut atau kekayaan yang dipamerkan lewat penampilan fisiknya, namun hati seorang laki-laki yang takut akan Tuhan sehingga ia boleh menjadi contoh teladan sebagaimana yang telah diteladankan oleh Tuhan Yesus, seperti yang tertulis di dalam Efesus 5:25a: “Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya.”

Mari belajar hidup menyatakan kekudusan Tuhan, karena di situlah letak kemuliaan manusia. Mari belajar menilai sesuai Tuhan menilai, karena itulah nilai manusia yang sesungguhnya. (DS)