Life is Unpredictable: How Shall We Live Then?

Devotion

Life is Unpredictable: How Shall We Live Then?

19 February 2024

Manusia dapat membuat rencana, tetapi Allah yang menentukan jalan hidupnya. (Ams. 16:9)

Berada di rumah sakit akan menyadarkan kita satu hal yang sangat penting: hidup manusia sangat tidak bisa diprediksi dan manusia tidak dapat mengontrol hidupnya sendiri. Bagaimana tidak? Ketika bertemu pasien dengan penyakit yang cukup umum, maka pengobatan yang diberikan pun juga cukup standar sesuai dengan kondisi penyakit tersebut. Prosedur yang sama sudah dilakukan berulang-ulang kali dan memang pasien-pasien nyatanya sembuh. Namun, ada pasien yang lain ternyata tidaklah demikian. Tidak ada yang pernah menyangka– keluarga tidak dan dokter pun tidak– bahwa pasien yang tadinya kondisinya cukup baik, yang seharusnya dapat sembuh dengan pengobatan yang standar, faktanya langsung meninggal dalam hitungan jam. 
Kita sering berpikir bahwa kita bisa berencana dan mengatur hidup kita dengan sangat sempurna, seolah-olah kita bisa memegang masa depan kita. Seperti dalam pengalaman mengobati pasien di atas, dokter sudah tahu obatnya apa dan pengalaman yang lampau mengatakan obat tersebut manjur, maka dokter seolah-olah sudah dapat mengamankan kondisi pasien tersebut. Namun, ternyata fakta sering kali berkata lain.
Pikiran bahwa manusia dapat merancang hidupnya sendiri membuat kita terus-menerus belajar dan bekerja keras. Untuk apa? Untuk secure masa depan kita. Namun, kita harus sadar bahwa sedetail dan sesempurnanya kita merencanakan hidup kita, pada akhirnya Tuhan yang memutuskan secara final. Ini bukan berarti belajar dan bekerja keras itu tidak ada gunanya– sama sekali tidak. Melainkan, fakta ini seharusnya membuat kita gentar karena segala hasil akhir hanya bergantung pada belas kasihan Tuhan.
Dengan demikian, melihat ketidakpastian dalam hidup ini, bagaimana seharusnya seorang Kristen berespons? Respons kita sebagai orang Kristen bukanlah menjadi bermalas-malasan– karena toh kita tahu bahwa pada akhirnya yang kita rencanakan belum tentu terjadi. Bukan seperti demikian! Respons kita juga bukan menjadi orang yang terlalu percaya diri karena kita dapat merencanakan segala sesuatu dengan sempurna. Respons kita seharusnya merencanakan dan mengerjakan bagian kita dengan maksimal. Dan di saat yang bersamaan bersandar sepenuhnya dengan takut dan gentar pada belas kasihan dan anugerah Tuhan. Maka, melihat hidup ini yang sangat tidak pasti, marilah kita menjalankannya dengan bergantung total pada Tuhan yang berdaulat, sambil tetap mengerjakan apa yang ada di depan kita dengan semaksimal mungkin. Dengan demikian, kita dimampukan belajar mengerti kehendak Tuhan, baik ketika Tuhan meluluskan perjuangan kita ataupun ketika Tuhan menentukan yang lain. Kiranya Tuhan terus berikan kita hati yang mau belajar mengerti dan peka akan kehendak Tuhan.  (SI)