Pada zaman ini, kita diberikan berbagai pilihan makanan saat datang ke restoran. Sang pelayan akan memberikan menu dan menawarkan makanan terfavorit dari tempat tersebut. Kita bebas memiliki makanan apapun yang ditawarkan, mulai dari nasi goreng, mie goreng, sop, sate, dsb. Banyak pilihan yang bisa memuaskan perut kita yang sedang lapar. Sering kali saat memilih makanan, kita jarang memikirkan seperti apa sumbangsih makanan ini bagi kesehatan saya. Kita cenderung memilih apa yang sesuai mood, kondisi keuangan, atau keinginan kita. Sering kali juga, pilihan kita salah dan menyebabkan sakit perut. Makanan yang dipilih bukan memberikan kesehatan tetapi justru memperburuk kondisi tubuh kita. Urusan memilih makanan ini terlihat sederhana dan konsekuensinya tidak terlalu berarti bagi kita sehingga kita kira bisa sembarangan memilihnya. Hal yang sama juga sering kita lakukan dalam hal makanan rohani. Kita sering sembarangan memilih apa yang ada, yang saya suka dan yang sesuai dengan hidup saya. Kelaparan rohani kita bukan dikarenakan lapar atau rindu melakukan pekerjaan Allah. Kelaparan rohani kita sering kali ditunggangi oleh interest dan kebutuhan diri kita, tanpa memedulikan Allah. Kelaparan yang sebetulnya tidak rohani sama sekali karena sangat egoistik, demi pemenuhan kebutuhan dan cita-cita pribadi saya. Dalam hal ini kita sedang memperalat Tuhan untuk mencapai tujuan pribadi saya. Kita tidak lagi tahu apa yang harus kita makan, kenapa saya perlu makanan rohani, dan apa yang harus saya perbuat setelah makan.
Dalam hal ini, Kristus memberikan teladan dan kebenaran yang paling sempurna bagi kita. Yohanes 4:34 menuliskan, “Kata Yesus kepada mereka: ‘Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya’.” Ya, benar! Anda tidak salah membaca. Makanan Kristus adalah melakukan kehendak Dia (Bapa) yang mengutus dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Inilah teladan tertinggi yang Kristus tunjukkan kepada umat-Nya. Kita harusnya sadar bahwa kelaparan rohani kita hanya bisa dipuaskan dengan melakukan kehendak Dia yang mengutus kita sebagai laskar-Nya di tengah dunia ini. Bukan hanya melakukan kehendak-Nya satu kali, tetapi dalam kesetiaan dan ketekunan untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya. Kristus merasa puas dan penuh saat Dia melakukan dan menyelesaikan pekerjaan Bapa yang telah mengutus-Nya. Orang Kristen harusnya sangat lapar untuk menanti kehendak Tuhan dalam rencana kekal-Nya hadir baginya secara pribadi. Rasa lapar hanya bisa dipuaskan dengan melakukan kehendak-Nya ketika Ia sudah memanggil kita, memberikan kehendak-Nya bagi kita. Sebagaimana melakukan dan menyelesaikan kehendak Bapa adalah makanan Kristus, maka hal demikian juga adalah makanan kita. Jika kita mengatakan diri sudah ditebus, dibebaskan, dan diangkat sebagai anak-anak Allah dan rekan kerja Allah, maka melakukan kehendak-Nya adalah makanan yang paling dapat memuaskan hidup kita di tengah-tengah dunia ini. (Db)