Tema reinkarnasi merupakan salah satu konsep yang sering diangkat dalam film-film animasi Jepang. Benang merah film ini menceritakan kehidupan nyata di bumi yang cenderung membosankan dan hanya rutinitas semata. Kemudian mereka mengalami kematian dan dilahirkan kembali pada dunia yang berbeda. Inilah yang dikatakan sebagai reinkarnasi, yakni hidup kembali dan mendapatkan kesempatan yang baru dalam dunia yang baru.
Film-film seperti ini sebenarnya menggambarkan keadaan di Jepang, baik dalam segi kepercayaan maupun pergumulan yang mereka hadapi. Mayoritas penduduk Jepang percaya kepada agama Budha dan Shinto, mereka percaya bahwa akan adanya kehidupan kembali setelah kematian, baik sebagai hukuman ataupun kesempatan kedua dalam menjalani hidup.
Tanpa disadari, inilah pergumulan dan jalan keluar yang mereka tawarkan kepada dunia ini. Mereka memiliki ketakutan akan kematian sehingga mereka mengilusikan kehidupan setelah kematian sebagai jalan keluar. “Tidak apa hidup sekarang berantakan, karena nanti ketika kamu mati, kamu akan diberikan kehidupan yang lebih baik.” Tipuan ini membuat kita seolah-olah dapat merasa tenang, padahal itu hanyalah ilusi semata.
Reinkarnasi hanyalah khayalan anak-anak yang berharap dapat terus-menerus menjadi kanak-kanak karena ia takut bertambah dewasa dan menghadapi realitas dunia. Reinkarnasi membuat seolah-olah akan ada kesempatan kedua setelah kematian, sehingga kita tidak menghidupi kehidupan kita saat ini dengan sungguh-sungguh dan bertanggung jawab. Pada kenyataannya, kita semua akan mati dan alih-alih mendapatkan kesempatan kedua, kita akan diperhadapkan dengan hari penghakiman.
Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa jalan keluar dari kematian bukanlah dengan mendapatkan kesempatan kedua untuk mengulangi kehidupan kita, seolah kita yang melakukan keselamatan bagi diri kita sendiri. Alkitab mengajarkan bahwa keselamatan hanya diperoleh dengan menerima Sang Juruselamat yang berinkarnasi. Sang Pencipta yang datang ke dalam dunia ciptaan ini dan menjadi korban penebusan bagi kita yang berdosa. Hanya melalui Kristuslah kita diberikan bukan hanya kesempatan tetapi kekuatan dan bimbingan untuk hidup di dalam proses pengudusan. Segala kerusakan hidup kita secara progresif diperbarui, dan kita dididik untuk hidup sesuai dengan kebenaran-Nya. Tanpa Kristus yang mengubahkan hidup kita, baik itu kesempatan kedua, ketiga, maupun keseratus, kita hanya akan mengulangi kesalahan dan keberdosaan yang sama. Keselamatan bukan hanya berbicara soal menjalankan rutinitas Kristen, melainkan hidup di dalam Kristus. “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup” (1Yoh. 2:6). Sudahkah kita hidup sama seperti Kristus? (RF)