Saya Lelah menjadi Orang Baik

Devotion

Saya Lelah menjadi Orang Baik

25 September 2023

“Saya lelah menjadi orang baik”, cetus seseorang keluar dari gereja. Kalimat itu tidak muncul tiba-tiba. Hal itu muncul karena kekecewaannya dalam berkomunitas dan kehidupan bergereja. Dia melihat orang yang licik justru menerima hormat, sementara dia menerima hinaan bahkan fitnah, padahal ia melakukan yang terbaik. Seperti itukah gereja Tuhan saat ini?

Hal seperti ini sering kali terjadi bukan karena masalah gereja secara institusi maupun tubuh Kristus, masalah ini terjadi karena kesalahan persepsi atau penilaian dari individu-individu yang terkait. Banyak orang yang menilai baik atau jahat dari sudut pandang dirinya seperti dunia ini memandang apa itu baik. Bagi orang dunia, orang baik adalah yang berbuat baik kepada saya, dan orang jahat adalah yang berbuat jahat kepada saya. Inilah cara penilaian yang umum. Ini bukan cara pandang Kristen tetapi dunia. Bagi orang Kristen, manusia bukanlah pusat, tetapi Tuhanlah yang menjadi pusat; manusia bukanlah penentu, Tuhanlah yang menentukan baik dan jahat. Karena itulah, setiap manusia harus hidup sesuai dan takluk kepada standar yang Tuhan sudah tetapkan.
Lalu kenapa sering kali terjadi kesalahan mengerti atau persepsi seperti ini? Rasul Paulus dalam Kisah 24:16 menuliskan, “Aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni dihadapan Allah dan manusia.” Saat kita lurus dan murni di hadapan Allah, kita akan taat kepada Allah dalam berbuat baik kepada manusia. Rasul Paulus juga menyatakan bahwa perjalanan kehidupan bergereja dan berkomunitas ini adalah sebuah proses, usaha terus-menerus menjadi makin sesuai apa yang Tuhan inginkan di dalam diri kita. Melalui kacamata ini kita melihat, bahwa gereja Tuhan adalah kumpulan orang-orang yang masih “berusaha belajar” hidup murni dan tulus di hadapan Allah dan manusia, tentulah gereja masih penuh kekurangan dan kesalahan dalam bersikap tetapi setiap anggota gereja harus terus berjuang agar hidupnya makin baik dan serupa Kristus.
Dengan pengertian sederhana ini maka gereja Tuhan harus menjadi kelompok yang terus berusaha untuk mencapai standar kebaikan yang Tuhan sudah ajarkan. Hal ini diusahakan bukan sebagai usaha agar diterima Allah, tetapi justru karena Allah telah menerima kita maka kita berusaha untuk hidup sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan. Selain usaha kita pun harus menyadari bahwa kita hidup di dalam komunitas bukan secara individual. Maka perjuangan kita bukan perjuangan “autis” yang egois dan tidak peduli satu dengan lain, tetapi perjuangan secara bersama. Setiap orang harus introspeksi maupun memberikan koreksi yang tentu saja bermotivasikan kasih dan yang membangun. Dengan sabar mengerti dan menanti maupun dengan bijaksana mendorong orang lain untuk makin bertumbuh. Sama seperti Tuhan memberikan kita waktu dalam pengudusan secara progresif, demikian juga kita harus belajar memberikan waktu berprogres bagi diri dan sesama saudara kita dalam bergereja. Dengan inilah kita menjadi gereja yang terus berusaha makin hari makin dibarui dan makin menyatakan kemuliaan Kristus. (AA)

“Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.”
Galatia 6:9-10