Sebagai orang Kristen, kita sangat familiar dengan istilah “Farisi”. Kita akan menghindari istilah tersebut disematkan kepada kita karena orang Farisi sering diidentikkan dengan orang-orang munafik yang mengetahui kebenaran Allah tetapi tidak dengan hati yang sungguh mengasihi Allah. Mereka hidup secara ketat sesuai dengan perintah yang Allah berikan, tetapi ketaatan mereka ini tidak didorong oleh hati yang mengasihi Allah dan sesungguhnya mereka tidak benar-benar mengenal Allah. Mereka menjalankan perintah Allah hanya sebagai pemenuhan kewajiban agama. Sehingga tidak heran kalau orang Farisi menjadi salah satu kelompok yang menyalibkan Yesus Kristus.
Di sisi yang lain, kita menghindari gaya hidup seperti orang Farisi dengan gaya ekstrem lainnya. Kita berpikir bahwa yang penting adalah sikap hati kita. Kita menjalani kehidupan keagamaan kita sesuai kehendak kita. Kita tidak memedulikan apa yang Allah nyatakan melalui Alkitab mengenai bagaimana seharusnya kita hidup. Kita menjalani hidup dengan definisi kita sendiri. Di dalam hal pembelajaran firman Tuhan, kita pikir kita sudah cukup belajar firman Tuhan. Kita sudah rajin mendengarkan khotbah di ibadah hari Minggu dan Pendalaman Alkitab di gereja. Kita rasa tidak perlu lagi belajar firman secara pribadi, kita merasa tidak perlu menuntut diri untuk menggali firman Tuhan sendiri melalui Alkitab dan buku-buku rohani lainnya. Selain itu, di dalam hal pelayanan, kita berpikir sudah sangat baik kalau kita terlibat di dalam pelayanan, tetapi kita tidak menjalankan pelayanan tersebut dengan sungguh-sungguh. Kita hanya melayani saat kita punya waktu luang, ataupun mengikuti pelayanan yang kita senangi. Kita menjalani itu semua dengan pemikiran bahwa kita sudah cukup rohani dan tidak menjadi orang Farisi. Kita hidup dan melayani tanpa mau diikat dan dipaksakan oleh hukum atau aturan apa pun. Apakah itu yang Tuhan inginkan dari kita?
Kita memang harus menghindari sikap seperti seorang Farisi, tetapi Tuhan memerintahkan kita melampaui kehidupan orang Farisi. Di dalam Matius 5:20, Tuhan Yesus berkata bahwa jika kehidupan agama kita tidak lebih benar dari orang Farisi, maka kita tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Tuntutan ini yang harusnya kita jalani. Kita harus memaksa hidup kita jauh melampaui kehidupan orang Farisi, bukan malah berada di bawah apa yang orang Farisi bisa lakukan. Marilah kita merenungkan kembali hidup kita, apakah kita sudah cukup ketat dalam menjalani perintah Allah dengan segenap hati kita, baik dalam hal pembelajaran firman, pelayanan, relasi dengan Allah dan sesama? Tuntutan ini sangat berat, tetapi percayalah bahwa Allah yang memberikan perintah ini akan menolong kita dalam menjalaninya. (RP)