Undivided Heart for the Divine King

Devotion

Undivided Heart for the Divine King

1 January 2024

Bacaan: Ulangan 6:1-5
Hal yang wajar, jika raja menuntut penghormatan dari orang-orang di bawahnya. Bukan saja penghormatan, banyak hal lain yang akan dituntut dari seorang raja, tetapi penghormatan tentu menjadi salah satu yang paling utama. Sebagai Raja di atas segala raja, apakah yang Kristus tuntut dari kita? Jika Dia menuntut penghormatan, apakah itu karena Dia gila hormat? Jika Dia menuntut kemuliaan dan kehormatan, apakah Dia berhak atasnya?
Setelah keluar dar Mesir, Allah memberi perintah kepada orang Israel melalui Musa, “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” Ini adalah perintah yang tidak masuk akal untuk dijalankan, sebab manusia berdosa telah bercabang hatinya. Bukan hanya bercabang hati, tetapi kita membuang apa yang baik dan benar, lalu menggantinya dengan sampah. Selain itu, bagaimana mungkin manusia bisa memenuhi standar Allah? Sampai kapan pun, ini adalah perintah yang tidak masuk akal.
Namun, mari melihatnya dari perspektif kehidupan umat Allah, yang sudah ditebus dan dibenarkan oleh karena Kristus, dan yang memiliki Kristus sebagai raja atas hidupnya. Tuntutan untuk menyerahkan seluruh keberadaan diri dan menyerahkan hati yang utuh kepada Sang Raja adalah panggilan yang sangat mulia, sebab dalam hal ini ada aspek kesetiaan. Ini adalah pekerjaan hari demi hari. Satu pekerjaan yang dikerjakan satu kali di dalam waktu yang singkat itu mudah. Namun, satu pekerjaan yang dikerjakan dalam jangka waktu yang panjang itu menuntut konsistensi dan kesetiaan. Jika hari ini kita bisa mengasihi Tuhan, besok tidak tentu. Jika hari ini kita sukses mengasihi Tuhan, begitu berapi-api bagi-Nya, mungkin besok kita sudah bercabang hati dan condong kepada si jahat.
Di dalam seluruh kehidupan Kristus, tidak terdapat satu cacat apa pun. Segala hal yang Dia kerjakan hanya menunjukkan bahwa Dia layak menjadi Raja di atas segala raja. Dia layak menjadi raja yang menerima segala kemuliaan dan hormat, dan Dia layak menjadi raja yang mendapatkan seluruh keberadaan diri kita. Dia layak memberi perintah untuk kita memberikan seluruh keutuhan hati kita bagi-Nya, untuk mengasihi Dia, sebab Dia sudah terlebih dahulu mengasihi kita. Bahkan, Dia serahkan nyawa-Nya bagi kita.
Jikalau kita mau dengan jujur dan rendah hati merenungkan kehidupan Sang Raja yang kekal itu dan menghitung berapa besar kasih-Nya kepada kita, maka keinginan untuk menyerahkan seluruh keberadaan diri dan keutuhan hati kepada-Nya akan terus mengelilingi kita. Ini menjadi satu hasrat yang tidak pernah hilang. Dia menyediakan dan melimpahkan kita dengan segala yang baik dan indah. Dia serahkan hidup-Nya bagi kita. Dia tidak membutuhkan kasih dari kita, tetapi Dia mau menerima-Nya. Dia mau memproses kita untuk bagaimana bisa setia mengasihi Dia.
Kepada Raja yang demikian sempurna, kita dipanggil untuk menjadi setia kepada-Nya. Kepada Raja yang telah menyerahkan hidup-Nya, kita dipanggil untuk wholeheartedly, dengan sepenuh hati mengasihi Dia. Kiranya seluruh hidup kita habis dikuasai oleh hasrat suci bagi Sang Raja. (SN)