Wait upon the Lord

Devotion

Wait upon the Lord

4 March 2024

Bacaan: Yesaya 30:1-3

Setiap orang tentu pernah mengalami kesulitan dalam hidup. Baik yang anak maupun orang tua, baik yang kaya maupun miskin, baik yg memiliki kedudukan maupun kalangan bawah semua pernah mengalami kesulitan. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah di dalam kesulitan, apa yang terpikirkan oleh kita? Atau lebih tepatnya kepada siapakah kita hendak meminta pertolongan?

Bangsa Yahudi pun pernah mengalami kesulitan. Salah satunya kesulitannya adalah ketika mereka hendak diserang oleh Bangsa Asyur. Bangsa Asyur terkenal jahat dan kejam. Hal ini membuat Bangsa Yahudi takut. Namun, di dalam Yesaya 30, dia mencatatkan bahwa Bangsa Yahudi tidak mencari Tuhan. Mereka malah mencari pertolongan dari Bangsa Mesir yang pernah memperbudak mereka. Mereka pikir dengan meminta pertolongan dari Mesir yang terlihat lebih kuat, mereka akan diselamatkan dari serangan Bangsa Asyur. Padahal di dalam Keluaran 13:17 dan Ulangan 17:16, Tuhan sudah memperingatkan mereka bahwa mereka tidak boleh lagi kembali ke Mesir.

Dalam tafsiran John Oswalt, dia mengatakan bahwa ketika Bangsa Yahudi meminta pertolongan Mesir, mereka sedang mengikat perjanjian dengan Mesir. Masalahnya bukan terletak pada Bangsa Yahudi yang meminta pertolongan dari bangsa lain. Akan tetapi, mereka tidak percaya kepada Tuhan yang dapat menolong mereka. Mereka lebih percaya bahwa ilah-ilah Mesir yang dianggap dapat menolong mereka.

Ketika membaca Alkitab, kita mungkin akan berpikir Bangsa Yahudi begitu bodoh. Padahal mereka sudah melihat bagaimana Tuhan memelihara mereka. Namun dalam banyak hal, mereka sering tidak percaya kepada Tuhan dan melupakan-Nya. Sering kali, Tuhan harus  menghukum mereka terlebih dahulu, barulah mereka mencari Tuhan. Tuhan harus terus-menerus menantikan umat-Nya untuk kembali kepada-Nya.

Kita sebenarnya sama seperti Bangsa Yahudi yang tegar tengkuk dan tidak percaya kepada Tuhan di dalam kesulitan, kita tidak menjadikan Tuhan sebagai sumber utama untuk mencari pertolongan. Di dalam keseharian hidup, kita jarang meminta petunjuk Tuhan dan kita melupakan Tuhan.

Kita mungkin tidak seperti Bangsa Yahudi yang dengan terang-terangan mencari ilah lain. Kita mungkin tidak pergi ke dukun untuk meminta petunjuk. Akan tetapi, ketika kita berpikir bahwa kita lebih bijaksana dari Tuhan, pikiran kita telah menjadi ilah kita. Saat kita stres, kita juga pikir psikolog lebih mengenal jiwa kita dibandingkan Tuhan. Bukan berarti kita tidak boleh mencari teman atau psikolog untuk kita curhat. Akan tetapi ketika nasihat mereka menentang firman Tuhan, siapakah yang akan kita percayai? Jikalau kita lebih percaya mereka daripada Tuhan, kita akan mengalami nasib yang sama seperti nubuat Yesaya kepada Bangsa Yahudi, yaitu dibuat terlihat bodoh dan akan direndahkan Allah (ay. 3).

Jikalau Tuhan sudah memelihara Bangsa Israel selama 40 tahun di padang gurun, bukankah Tuhan juga sanggup memelihara kita? Jikalau Kristus telah mengalahkan maut, bukankah tidak ada lagi yang mustahil bagi-Nya untuk menolong kita?

Marilah biasakan diri untuk selalu mencari pertolongan Tuhan! Janganlah seperti Bangsa Yahudi, tetapi malah melupakan ajaran Tuhan. Janganlah sampai Tuhan yang selalu menunggu kita berbalik kepada-Nya, tetapi kitalah yang harus menantikan Tuhan; layaknya seorang bawahan yang menunggu perintah dari Sang Raja, bukan Sang Raja yang menunggu bawahan-Nya berhenti memberontak. (ST)