Kusta…. Ketika kita mendengar kata ini, tentu terbayang oleh kita suatu penyakit yang menjijikkan, seperti bayangan akan jari-jari buntung yang ujungnya masih berwarna merah dengan darah yang menetes
Injil Lukas terkenal di dalam menyoroti bagian-bagian maupun tokoh-tokoh yang dianggap marginal. Demikian juga bagian yang akan kita bahas ini tidak akan kita jumpai di bagian lain dari ketiga Injil
Kita mungkin sudah pernah berada dalam kondisi yang merisikokan diri kita. Biasanya, kita akan mundur dan sangat jarang kita akan maju untuk merisikokan diri kita.
Pada bagian ini, kita akan menelaah komponen-komponen dari sebuah makna. Dalam tradisi pemikiran Cornelius Van Til, pembahasan mengenai etika hidup manusia akan memimpin kita pada tiga komponen
Mengapa kita ada? Apa itu kehidupan? Apa makna dan tujuan hidup kita? Kita sering mendengar pertanyaan-pertanyaan di atas, atau mungkin kita adalah salah satu dari mereka yang pernah menanyakannya.
Poin pertama dari Katekismus Singkat Westminster mengatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk memuliakan dan menikmati Allah selama-lamanya. Apakah arti dari frasa ini?
Di Nepal terdapat sebuah tradisi yang sudah dilaksanakan sejak sepuluh abad yang lalu masih berlangsung, suatu tradisi pemilihan para gadis prapubertas untuk dimuliakan sebagai dewi yang hidup.
Semua orang pasti akan mati. Suatu saat... Pasti! Kita tahu kok, tetapi kematian sering kali masih menjadi ketakutan bagi kita. Lalu, bagaimana dengan kita sebagai orang Kristen menanggapinya?
Dari kecil kita diajarkan ‘Rajin Pangkal Pandai’. Artinya kalau mau pinter kita harus rajin dahulu. Pokoknya harus rajin meskipun belum mengerti!
Sebagai orang Kristen, kita sering bilang kalau kita kenal Tuhan. Tetapi, apakah itu pengenalan yang hanya sebatas mengetahui atau pengenalan dalam makna relasi yang dalam dengan Tuhan?